Liputan6.com, Jakarta Tiga mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung berhasil mendesain alat pengirim sinyal otak penggerak robot tangan. Ketiga mahasiswa, Ausi Hernanto (Teknik Elektro 2009), Muhammad Husni (Teknik Elektro 2009), dan Makmur Koko (Teknik Elektro 2009) merancang alat ini untuk membantu penderita penyakit stroke yang tidak mampu menggerakkan jaringan tubuhnya.
Penelitian yang sebenarnya merupakan tugas akhir berjudul 'Brain Computer Interface sebagai Pengendali Robot Tangan' ini menggunakan teknologi Brain Computer Interface (BCI) yang memungkinkan manusia memanfaatkan sinyal yang dibangkitkan otal untuk mengirim perintah ke komputer atau mesin. Tujuannya membantu manusia yang memiliki kelainan fisiologi atau cacat fisik yang berhubungan dengan sistem saraf motorik dapat kembali menggerakkan tubuhnya. Jadi, teknologi BCI merupakan teknik pengendalian perangkat dengan pikiran.
Advertisement
Pada awal pendesainan BCI, sistem ini diharapkan dapat digunakan untuk sarana komunikasi bagi penderita lumpuh total, rehabilitasi, dan untuk kendali game komputer. Sebuah sistem BCI terdiri dari pengukuran sinyal otak, kemudian dilakukan sistem pengolahan sinyal otak untuk mendeteksi pola-pola unik yang akan diterjemahkan menjadi perintah, seperti pola otak saat rileks. "Dalam penggunaan sistem BCI, kami menggunakan aplikasi BCI2000 yang kerap digunakan untuk penelitian yang berhubungan dengan gelombang otak," tutur Ausi.
Perancangan Robot Tangan
Ketiga mahasiswa ini berhasil merancang robot berbentuk tangan yang dihubungkan dengan alat pengirim sinyal gelombang otak. Alat ini berbentuk seperti tangan manusia yang dapat bergerak dengan bantuan aplikasi BCI2000, tentu saja dengan pikiran penggunanya. Pembentukan robot tangan sederhana ini ditujukan untuk penderita penyakit stroke agar dapat beraktivitas. Robot tangan ini, menurut Ausi bisa bergerak seperti genggaman, menapak, dan menunjuk layaknya tangan manusia.
Alat ini telah diujikan pada acara Electrical Engineering Days (EE-days) yang diselenggarakan oleh Teknik Elektro ITB Juni tahun lalu di ITB. Dalam acara tersebut, pengunjung bisa menggunakan robot tersebut dengan gelombang pikiran. "Ketika diujikan, beberapa pengunjung berhasil menggerakan alat. Ini karena tidak fokusnya otak ketika menggunakan alat. Untuk meningkatkan kemampuan pengguna dalam mengoperasikan BCI, perlu juga diadakan pelatihan khusus," tambah Ausi.
Penerapan BCI pada robot tangan ini masih dinilai sangat sederhana, karena belum bisa bergerak secara tanggap sebelum adanya pelatihan khusus. Ketiga peneliti berharap penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut agar penderita stroke dapat leluasa mengekspresikan dirinya.
"Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Teknik Elektro ini perlu diapresiasi, karena melalui ini Indonesia dapat melahirkan inovasi, serta mampu mengembangkan teknologi di Indonesia," tutur Ketua Panitia EE-days Arif Sasongko yang juga Dosen Teknik Elektro ITB.