BI: Kontribusi Kenaikan BBM ke Inflasi Hanya 0,3%

Dengan kenaikan sebesar Rp 500 per liter akan mendongkrak angka inflasi sebesar 0,3 persen.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 31 Mar 2015, 19:51 WIB
Ilustrasi Inflasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada akhir Maret tidak akan mendongkrak angka inflasi. Pasalnya, Kenaikan tersebut di penghujung bulan sehingga belum mempengaruhi kenaikan harga-harga.

Direktur Eksekutif Departemen komunikasi BI, Tirta Segara menjelaskan, dalam hitungan Bank Indonesia, komponen harga BBM sebelum kenaikan yang berada di level Rp 6.400 per liter untuk Premium dan Rp 6.900 per liter untuk Solar memberikan kontribusi ke dalam inflasi sebesar 4 persen.

Dengan kenaikan sebesar Rp 500 per liter, atau sebesar 7,2 persen menjadi Rp 6.900 per liter untuk Premium dan Rp 7.400 per liter untuk Solar akan mendongkrak angka inflasi sebesar 0,3 persen.

Namun karena kenaikannya di akhir Maret, maka pengaruh dari kenaikan harga BBM terharap inflasi tersebut masih cukup kecil. "Hitungannya pada Maret hanya 4 hari setelah naik. Jadi pengaruh di Maretnya itu kecil. Kalau untuk total 1 bulan itu, ya sekitar 0,3 persen untuk keseluruhan. Kalo Maret itu hanya 4 hari, jadi masih kecil," jelasnya di Jakarta, Selasa (31/3/2015).

Tirta melanjutkan, meskipun harga BBM mengalami kenaikan, BI tetap yakin secara year to date indeks harga konsumen masih mencatatkan angka deflasi. "Sehingga secara kumulatif dari Januari, Februari, Maret, kalau  ada inflasi sedikit. Secara kumulatif, dari Januari sampai Maret itu Indonesia masih deflasi untuk year to date. Kalau year on year masih 6 lebih," tandas dia.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Februari 2015 terjadi deflasi sebesar 0,36 persen di mana secara year on year mencapai 0,61 persen. Sedangkan inflasi dari tahun ke tahun mencapai 6,29 persen. Inflasi komponen inti sebesar 0,34 persen pada Februari 2015 sehingga inflasi inti dari tahun ke tahun menembus 4,96 persen. Sebelumnya Indonesia mencatatkan deflasi sekitar 0,24 persen pada Januari 2015.

"Sangat tinggi deflasinya. Deflasi terutama disebabkan masih turunnya harga BBM. Pada Januari, harga premium turun dari Rp 8.600 menjadi Rp 6.000," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo. Ia menambahkan, harga cabai lebih murah juga menyumbangkan kontribusi untuk deflasi Februari 2015. Ditambah angkutan dalam kota yang menurun.

Sasmito mengatakan, 70 kota mengalami deflasi dan 12 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Bukit Tinggi yang mencapai 2,35 persen. Sedangkan deflasi terendah terjadi di kota Jayapura yang mencapai 0,04 persen. "Inflasi tertinggi di Tual sebesar 3,2 persen karena harga ikan naik tinggi di Tual," kata Sasmito. (Amd/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya