Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menandatangani delapan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Salah satu yang disepakati adalah pembangunan kereta super cepat Jakarta-Bandung.
Lantas berapa perkiraan harga yang harus dibayar masyarakat untuk dapat menikmati fasilitas ini jika nantinya benar-benar teralisasi?
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan, harga tiket untuk kereta api cepat tersebut diperkirakan mencapai US$ 200 atau setara dengan Rp 2,6 juta (kurs: Rp 13 ribu per dolar Amerika Serikat).
"Katanya biayanya nanti kalau mau naik harus bayar US$ 200. Memang mahal, itu bukan suatu murah," ujarnya dalam diskusi bertemakan 'Assessing President Joko Widodo's Visits to Japan and China' di SCTV Tower, Senayan, Jakarta, Rabu (1/4/2015).
Advertisement
Dengan harga tiket sebesar itu, lanjut Suryo, dinilai masih belum sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakat Indonesia secara umum. Sedangkan jika tiketnya dibanderol dengan harga murah, proyek kereta cepat ini dinilai tidak akan menguntungkan.
"Hitung kalau dengan tiket murah, tidak bisa visible. Tidak mungkin juga itu dibangun. Kan tidak mungkin disubsidi juga," lanjutnya.
Oleh sebab itu, Suryo meminta pemerintah kembali melakukan kajian soal kebutuhan dari kereta cepat tersebut. Sebab jika dipaksakan untuk dibangun, dikhawatirkan hanya menjadi proyek yang sia-sia nantinya.
"Jadi saya kira perlu dihitung secara seksama manfaatnya serta cost and benefit-nya," tandasnya. (Dny/Ndw)