Liputan6.com, Jakarta - Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi, Faisal Basri menemukan kesemuan dalam bisnis yang dijalankan Pertamina Energy Trading Limited (Petral).
Faisal mengatakan, kesemuan bisnis Petral terungkap saat dirinya bersama rombongan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan pemeriksaan kantor Petral yang terletak di Singapura.
Advertisement
Ia mengungkapkan, kesemuan tersebut terdapat dalam kegiatan bisnis yang dilakukan Petral, tidak hanya melakukan pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan minyak mentah, tetapi anak usaha Pertamina tersebut melakukan investasi surat berharga.
"Kesan semu berikutnya yang kami temukan, disampaikan oleh Manajer Keuangan bahwa Petral sudah hebat tidak hanya dari operasi tapi juga dari non operasi. Dari investasi di surat berharga," kata Faisal, di Jakarta, Rabu (1/4/2015).
Dalam pertemuan di kantor Petral ditunjukkan pendapatan dari investasi di surat berharga naiknya tajam, namun surat berharga tersebut merupakan global bond (surat utang) yang diterbitkan Pertamina.
"Tetapi kami tahu investasi di surat berharga itu porsi terbesarnya membeli global bond nya pertamina. Jadi sebetulnya bayar bunga adalah Pertamina. Bunganya tinggi," ungkap Faisal.
Atas temuan tersebut, tim pemberatas mafia migas meminta Pertamina untuk membenahi bisnis yang dilakukan Petral, dan Pertamina pun mengamini hal tersebut.
"Itu sudah meminta pertamina untuk benahi. Saya dengar pak Dwi (Direktur Sumber Daya Manusia Pertamina ) sudah ke Singapura lagi untuk benahi," kata Faisal.
Sebelumnya Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (migas) telah melakukan kajian tentang status Pertamina Trading Energy Limited (Petral) menjelang akhir 2014. Dari kajian yang dilakukan selama 1,5 bulan tersebut tim reformasi migas mendapat beberapa temuan.
Faisal menyebutkan, beberapa temuan dari Petral yaitu mata rantai pengadaan tidak mengalami perbaikan berarti, walaupun disebut pengadaan minyak lewat perusahaan minyak nasional negara lain, namun pemenang tender kerap sebagai perantara saja.
Tim ini pun merekomendasikan untuk menata ulang seluruh proses dan kewenangan penjualan dan pengadaan minyak mentah. Tender penjualan dan pengadaan impor minyak mentah tidak lagi oleh Petral melainkan dilakukan oleh divisi Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina.
"Petral dapat menjadi salah satu peserta lelang pengadaan dan penjualan minyak mentah dan BBM yang dilakukan oleh ISC, " kata Faisal. (Pew/Ahm)