'Berburu' Fenomena Langka Gerhana Bulan Merah

Meski bukan kali pertama, gerhana bulan merah darah ini punya sejumlah keistimewaan. Dari durasinya yang superpendek hingga mitosnya.

oleh Luqman RimadiElin Yunita KristantiBima Firmansyah diperbarui 05 Apr 2015, 00:00 WIB
Seorang petugas menerangkan gambaran proses gerhana bulan total di Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta, (8/10/14).(Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Selepas menunaikan salat magrib, sekelompok muda-mudi bergegas menuju roof top atau atap sebuah gedung tempat mereka bekerja. Masing-masing sudah menggengam telepon canggih dengan kamera resolusi tinggi.

"Ayo, ikut!" teriak perempuan bernama Devi itu lantang karena tak sabar melihat si fenomena langka gerhana bulan yang katanya akan berwarna merah darah.

Foto dok. Liputan6.com


Sesampainya di bagian paling atas gedung, raut kecewa pun tersirat dari rombongan tersebut. "Yah, ke mana gerhana bulannya. Itu kali tuh merah," ucap Devi seperti yang lainnya, sembari berlari kecil ke arah semburat warna merah tersebut.

"Yah, ternyata lampu gedung," ujar dia kecewa karena 'perburuannya' tak sukses.

Tak hanya Devi dan kelompoknya yang 'berburu' blood moon atau gerhana bulan merah darah itu. Tetapi masyarakat di luar sana juga. Sebab mereka penasaran bagaimana penampakan alam yang katanya baru akan muncul 140 tahun lagi atau pada 2155.

Planetarium di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat juga ramai dikunjungi pengunjung. Di tempat wisata yang cocok buat keluarga dan anak anak itu, digelar nonton bersama peristiwa gerhana bulan total merah darah.

Kepala Lembaga Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin mengatakan, untuk Indonesia bagian barat, gerhana bulan total akan mulai pada pukul 17.16 sampai 20.45 WIB. Untuk Indonesia tengah, gerhana akan terjadi pukul 18.16 sampai 21.45 Wita, dan di wilayah timur akan terjadi pada 19.16 sampai 22.45 WIT.

Menurut Thomas, durasi gerhana total ini tergolong singkat. "Puncaknya, gerhana total akan terjadi pada pukul 18.58 sampai 19.03 di Indonesia barat, 19.58 sampai 20.03 di Indonesia tengah dan 20.58 sampai 21.03 di Indonesia timur," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat 3 April 2015.

Sementara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Klas I Juanda Surabaya, Jawa Timur, memprediksi puncak gerhana bulan total yang terjadi Sabtu malam berlangsung selama 12 menit.

BMKG Stasiun Dramaga Bogor, Jawa Barat menyatakan, gerhana bulan bulan itu terjadi secara serentak di belahan bumi termasuk wilayah Indonesia.

Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga Dedi Sucahyono mengatakan, gerhana bulan total merupakan fase total di mana sebagian cahaya matahari dibiaskan oleh atmosfer Bumi.

"Untuk itu bulan akan terlihat berwarna merah seperti darah, karena saat fase total Bulan tidaklah gelap, namun berwarna kemerahan," kata Dedi saat dikonfirmasi, Sabtu 4 April 2015.

Gerhana bulan kali ini adalah bagian dari rangkaian 4 gerhana bulan total yang berurutan (gerhana bulan tetrad). Dua gerhana terjadi pada 2014 dan dua lainnya pada 2015, Jakarta, (8/10/14).(Liputan6.com/Johan Tallo)

Cuaca mendung dan hujan yang menyelimuti Jakarta sejak pukul 15.00 WIB sampai Sabtu malam membuat fenomena gerhana bulan total yang berlangsung pukul 18.57 hingga 19.02 WIB tidak bisa dinikmati warga Jakarta.

Langit di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur tertutup awan mendung dan hujan gerimis, sehingga gerhana bulan berdarah karena warnanya yang merah itu tak terlihat.

Gerhana bulan ini sebenarnya bisa disaksikan masyarakat dengan mata telanjang dengan syarat cuaca cerah dan tidak tertutupi awan mendung serta hujan. Akan tetapi, hujan yang turun telah membuat gerhana tidak dapat disaksikan, kendati menggunakan teleskop karena pandangan tetap terhalang oleh cuaca.

Waktu yang telah dinanti kini telah tiba. Gerhana terlihat di sejumlah daerah di Indonesia.

Namun fenomena alam ketika Bulan tertutup bayangan Bumi itu terlihat di sejumlah daerah di Indonesia. Seperti yang diamati pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra.

Mantan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia itu mengunggah beberapa foto gerhana bulan total yang ia lihat langsung di langit di Jimbaran, Bali.

"Gerhana bulan terlihat jelas dari Jimbaran Bali malam ini," kicau @Yusrilihza_Mhd sambil menyertakan foto gerhana bidikannya.

Bukan yang Pertama

Meski bukan kali pertamanya terjadi, gerhana bulan kali ini punya sejumlah keistimewaan, dari durasinya yang superpendek hingga mitos-mitos yang mengiringinya.

Di beberapa negara, kemunculan gerhana merah darah dianggap pertanda datangnya suatu peristiwa besar yang menggemparkan. ‎Bahkan seperti dilansir laman Daily Mail, menurut salah satu pendeta di Amerika Serikat, fenomena langka ini diprediksi akan mengubah dunia dalam waktu dekat.

Menanggapi berbagai tersebut, Thomas berharap, agar masyarakat Indonesia tidak mempercayai berbagai hal mistis maupun mitos blood moon itu. Sebab fenomena alam tersebut tidak berbahaya dan tidak ada kaitan dengan hal-hal mistis.
 
Munculnya fenomena alam unik ini ditanggapi berbeda oleh umat Islam di Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Mereka menggelar salat gerhana bulan di sejumlah masjid, yang umumnya dikelola ormas Islam Muhammadiyah, Al-Irsyad, dan Persatuan Islam (Persis) Pamekasan.

Tidak hanya masyarakat, aktivis mahasiswa Islam di Pamekasan juga menggelar salat gerhana bulan yang terjadi malam ini.

"Kalau kami sengaja menggelar salat gerhana di Kantor Sekretariat HMI," kata Ketua HMI Komisariat STAIN Pamekasan, Maliq.

Fenomena Gerhana Bulan 'Merah Darah' ini bukan terjadi pertama kali di Indonesia. Peristiwa langit malam ini adalah bagian dari rangkaian empat gerhana bulan total  -- 15 April 2014, 8 Oktober 2014, 4 April 2015, dan 28 September 2015. Yang disebut lunar tetrad.

Gerhana malam ini terjadi setelah peristiwa alam serupa pada 20 Maret 2015.

Sedangkan tetrad kali ini adalah yang keempat, dalam 500 tahun. 'Bulan merah darah' keempat ini kebetulan bersamaan dengan hari raya umat Yahudi, demikian dilaporkan sebuah media Israel. (Tnt/Ans)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya