Kala Lilin Paskah Terangi Gulita TPU Menteng Pulo

Tradisi ziarah ini sudah mulai ditinggalkan. Hal ini terlihat dari sepinya peziarah yang datang untuk merayakan Paskah.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 05 Apr 2015, 07:31 WIB
Lilin-lilin dinyalakan di tepi makam oleh para peziarah sebagai simbol perayaan Hari Paskah. (Liputan6.com/Ahmad Romadoni)

Liputan6.com, Jakarta - TPU Menteng Pulo di Jakarta Selatan masih gelap. Jam juga masih menunjukkan pukul 04.15 WIB. Namun, beberapa mobil sudah mulai berjajar di jalan selebar 5 meter itu. Di beberapa sudut makam, terlihat cahaya redup dan samar.

Ya, cahaya itu berasal dari beberapa lilin yang diletakkan di tepi makam. Lilin-lilin itu dinyalakan oleh para peziarah sebagai simbol perayaan Hari Paskah.

Hal ini juga dilakukan oleh keluarga Ratna. Dengan membawa serta 10 anggota keluarganya, Ratna menyalakan lilin satu per satu lalu meletakkan di makam sang ibunda. Tak lupa, bunga yang sudah dibawa dari rumah langsung ditaruh di bagian kepala makam.

Mereka pun duduk di sisi makam dan mulai berdoa. Dipimpin seorang wanita berambut putih, Ratna dan keluarga berdoa dengan khidmat. Sesekali, lilin yang masih tersisa dinyalakan untuk dipegang sendiri.

Tak kurang dari 30 menit mereka berdoa. Canda gurau pun terlontar dari masing-masing anggota keluarga. Mereka menutup ziarah di Hari Paskah ini dengan berfoto bersama.

Ratna mengungkapkan, baru tahun ini dirinya mengajak serta keluarga besarnya. Beberapa tahun belakangan, biasanya dia hanya ditemani anaknya.

"Kali ini bisa mengajak keluarga kakak, adik, om, tante juga untuk ziarah bersama di Hari Paskah ini," kata Ratna di lokasi, Minggu (5/4/2015) pagi.

Tak banyak hal yang dilakukan setelah ziarah ini. Dia bersama keluarga hanya melanjutkan ibadah ke gereja lalu berkumpul di rumah.

"Setelah ini langsung ke gereja bareng. Habis itu baru kumpul bersama keluarga," imbuh wanita yang berprofesi sebagai pengacara itu.

Tradisi Mulai Ditinggalkan

Tradisi ziarah saat Paskah memang sudah ada sejak lama. Hanya saja, perayaan ini sudah tidak seramai dulu.

Penjaga malam bernama Agung (62) mengatakan, tradisi ziarah ini sudah mulai ditinggalkan oleh keluarga. Hal ini terlihat dari sepinya peziarah yang datang untuk merayakan Paskah.

Agung menuturkan, sepi peziarah ini sudah mulai terasa sejak 10 tahun belakangan. Biasanya, peziarah sudah datang sejak pukul 00.00 WIB untuk menyalakan lilin dan berdoa.

"Malah ada musik segala di sini, bikin panggung juga. Jadi ramai, nggak kayak sekarang, sepi," kata Agung.

Pria yang sudah bekerja di TPU Menteng Pulo sejak 30 tahun lalu itu mengatakan, peziarah biasanya tidak segan untuk mengelar tikar dan membawa makanan serta minuman saat berziarah ke makam. Hal ini dilakukan hingga pagi hari.

"Jadi setelah berdoa, mereka nyanyi-nyanyi, makan bareng sampai pagi. Paginya baru lanjut ke gereja," jelas dia.

Tradisi mencari telur Paskah juga sudah tidak ditemukan saat ini. Dulu, anak-anak diminta mencari telur Paskah yang sengaja diletakkan di sekitar makam.

"Sekarang mah udah nggak ada tuh yang nyari telur. Lihat saja, yang dateng juga cuma segini. Biasanya dari tengah malam lilin sudah banyak yang nyala," imbuh dia.

Dia tidak mengetahui pasti alasan tradisi ziarah Paskah mulai sepi. Dia menduga, ada tradisi yang perlahan ditinggalkan seiring dengan wafatnya para orangtua.

"Mungkin, karena orangtua sudah pada meningggal, jadi nggak ada yang mengajak ziarah. Tradisinya juga yang sederhana saja. Datang, nyalain lilin, berdoa pulang," tutup dia. (Ado/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya