Pulang dari Masjid, Warga AS Tewas Kena Bom di Yaman

Jamal al-Labani terkena lontaran benda tajam dari mortar saat baru pulang dari masjid.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 06 Apr 2015, 15:29 WIB
REUTERS/Khaled Abdullah

Liputan6.com, Aden - Jamal al-Labani berharap bisa membawa pulang istrinya yang sedang hamil dan putrinya yang baru berusia 2 tahun ke Amerika Serikat. Yaman, tempatnya tinggal, sedang dilanda perang.

Namun, pemilik SPBU itu tak pernah bisa pulang ke kampung halamannya di Hayward, California.

Anggota keluarganya mengidentifikasi bahwa Jamal al-Labani menjadi salah satu korban serangan mortar pekan lalu di Aden, kota di Yaman selatan.

Ia diyakini menjadi warga AS pertama yang tewas di Yaman yang bergejolak.

Selasa jelang malam, pria 45 tahun itu dalam perjalanan pulang dari salat magrib berjamaah di sebuah masjid. Tiba-tiba, lontaran benda tajam dari mortar yang meledak mengenai bagian belakang tubuhnya. Korban hanya bertahan beberapa menit sebelum maut menjemput.

Kekerasan di Yaman meningkat setelah al-Labani tiba di negara itu Februari 2015.

"Ketika ia tiba di Aden, setelah beberapa minggu ia menyadari bahwa situasi mulai memburuk dan Kedubes AS ditutup," kata sepupu korban, Mohammed Alazzani kepada CNN.

Selama 3 minggu belakangan, al-Labani mengatakan pada anggota keluarganya yang lain bahwa ia khawatir tak bisa dievakuasi dari Yaman.

Dan, dua hari sebelum kematiannya, korban mengatakan pada keluarganya bahwa opsi terakhir yang ia miliki adalah menyeberangi perbatasan di Oman, kemudian terbang ke Mesir.

Namun, "Bandara tutup, situasi makin parah," kata Alazzani. "Orang-orang berharap situasi akan membaik, namun yang terjadi justru sebaliknya."

Lebih dari 200 orang tewas di Aden dalam 11 hari terakhir. Demikian disampaikan Deputi Gubernur Aden, Naef Al Bakri.

Sudah berbulan-bulan Yaman diguncang kekerasan. Pemberontak Houthi yang menggulingkan Presiden Abdu Rabu Mansour Hadi, mengambil alih kekuasaan atas Sanaa, ibukota negara itu.

Kekerasan makin intensif setelah Arab Saudi dan koalisinya menargetkan kaum pemberontak lewat serangan udara. Dewan Hubungan Amerika-Islam atau Council on American-Islamic Relations menyayangkan sikap Pemerintah AS yang dianggap kurang membantu warganya di Yaman.

"Semua negara, Rusia, China, Ethiopia, India... semua mengevakuasi warganya dari Yaman. Tak masuk akal AS tak bisa melakukannya," kata juru bicara dewan, Zahra Billoo.

Sementara, Departemen Luar Negeri AS mengatakan, belum ada rencana jangka pendek untuk warganya dari Yaman.

"Kami mengimbau warga AS untuk berlindung di lokasi aman hingga mereka bisa meninggalkan Yaman dengan aman," demikian penjelasan Deplu AS.

Warga AS yang ingin pergi disarankan menggunakan moda transportasi komersial jika dimungkinkan. "Pemerintah negara lain mungkin menyediakan transportasi bagi warga negaranya. Mereka mungkin menawarkan bantuan ke warga negara lain." (Ein/Tnt)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya