Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla menerangkan dirinya tidak berpolitik dalam kisruh dualisme kepengurusan partai berlambang beringin tersebut. Ia mengatakan posisinya dalam kisruh ini berada di belakang layar.
"Yang berkonflik bukan saya, saya bukan pengurus lagi. Yang berkonflik kan antar 2 pengurus. Saya memang di belakang, saya tidak di depan," ungkap pria yang karib disapa JK itu di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (10/4/2015).
Advertisement
Dalam kisruh ini, JK mendorong adanya damai dari 2 kubu. Berbagai macam solusi sudah ia berikan pada masing-masing kubu, tapi tidak dilakukan. Bahkan, Wakil Presiden ke 11 ini mengaku sudah berusaha mempertemukan 2 kubu, meski tidak berhasil.
"Malah saya waktu konflik ajak ketemu semua. Saya berikan solusi-solusi cuma tidak ada yang mempertemukan, sulit sekali saya pertemukan," kata dia.
Sekretaris Jenderal Partai Golkar versi Munas Bali, Idrus Marham, yakin mantan Ketua Umum Golkar sekaligus Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK tidak ikut campur dalam kisruh partai berlambang pohon beringin tersebut.
"JK tahu kalau ada intervensi, maka dia ikut kontribusi kerdilkan Golkar. Saya yakin JK sebagai mantan ketua umum tidak lakukan itu," kata Idrus di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu 8 April lalu.
Idrus juga menyampaikan bila ada campur tangan penguasa dalam dualisme kepengurusan Golkar, maka akan membuat partai tersebut hancur. Sampai saat ini, ia masih yakin pemerintah tidak melakukan intervensi.
"Kami punya keyakinan beliau mantan ketum pasti ingin lihat ini baik. Sebab kalau oknum penguasa intervensi, artinya sudah ikut kontribusi hancurkan Partai Golkar," pungkas dia. (Alv/Mut)