Liputan6.com, Washington DC - 14 April 1865 malam, pukul 22.00 waktu setempat di Ford's Theatre, Washington DC, Presiden Amerika Serikat (AS) Abraham Lincold tewas dibunuh oleh seorang aktor ternama, John Wilkes Booth. Ini merupakan presiden pertama Negeri Paman Sam yang tewas terbunuh.
Awalnya, dengan langkah begitu cepat, John Wilkes Booth masuk ke tempat Presiden Abraham Lincoln duduk di sebuah ruang VIP. John datang dari belakang. Beberapa saat kemudian, ia mengambil senjata api dan melepaskan tembakan ke arah Presiden.
Abraham terjatuh. Presiden ke-16 Amerika Serikat itu terluka parah. Darah pun bercucuran di lantai. Seorang dokter di sekitar lokasi kejadian berlari untuk menyelamatkan Pak Presiden.
Kepala Negara yang dikenal sebagai Bapak Demokrasi dan Anti-perbudakan tersebut kemudian dilarikan ke Petersen's Boarding House untuk diberikan pertolongan dan perawatan.
Tapi pada akhirnya, Abraham Lincoln menghembuskan napas terakhir keesokan paginya di lokasi tersebut. Amerika Serikat pun berduka.
Pak Presiden dimakamkan di Springfield, Illinois, diiringi upacara kenegaraan yang dihadiri sejumlah kepala negara. Demikian yang Liputan6.com kutip dari America's Library.gov, Selasa (14/4/2015).
Sementara, setelah melancarkan aksinya, John Wilkes bergegas kabur melalui pintu belakang. Petugas dan ajudan Abraham Lincoln pun tak kalah cepat untuk mengejar aktor tersebut. Namun tak berhasil. Wilkes jadi buron.
Kepolisian Amerika Serikat kemudian mengumumkan sayembara untuk menangkap John Wilkes Booth dan pihak terkait. Poster 'Wanted John Wilkes' pun dipasang di sejumlah dinding tempat umum. Siapa pun yang menemukannya, bakal menerima hadiah.
Beberapa hari kemudian, aparat berhasil membekuk orang terkait penembakan. Sementara John Wilkes Booth tewas ditembak saat hendak melarikan diri dari jeratan Union Soldiers.
Setelah ditelusuri, penembakan terhadap Abraham Lincoln ini didasari atas perang saudara antara wilayah Utara dan Selatan Amerika Serikat. Bagi John Wilkes, dengan dibunuhnya Abraham Lincoln, maka hal itu dapat memberikan keuntungan bagi pihak Selatan. Ketika itu, di bawah pemerintahan Lincoln, pihak Utara baru saja menduduki pihak Selatan.
Namun perkiraan John Wilkes tersebut salah. Sebab Lincoln sebenarnya sedang mengupayakan perdamaian antara pihak Utara dan Selatan. Namun lantaran Presiden asal Partai Republik itu tewas, upaya damai kandas. (Riz/Ado)
Advertisement