Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan/BI Rate di level 7,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada hari ini.
Direktur PT Bahana TWC Asset Management, Budi Hikmat mengungkapkan BI tetap mempertahankan suku bunga karena defisit neraca transaksi berjalan yang masih belum membaik.
Advertisement
"BI rate kemungkinan tetap. BI masih fokus pengendalian defisit neraca berjalan," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Selasa (14/4/2015).
Budi menjelaskan, sebenarnya BI memiliki momentum untuk kembali menurunkan BI rate. Hanya saja dia memperkirakan hal itu baru dapat dilakukan setelah September yang memiliki laju inflasi cukup rendah.
Hal senada dikatakan pengamat ekonomi asal Universitas Gadjah Mada Tony Prasetyantono. Ia juga memprediksi BI rate masih bertahan di level 7,5 persen. Namun begitu, Toni mengaku alasan utama mempertahankan BI rate lebih dikarenakan untuk menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Saya duga akan ditahan tetap 7,5%. Sekalipun inflasi terus melandai sejak Januari 2015 (sehingga mestinya BI rate berpeluang diturunkan), namun kondisi rupiah yang belum stabil membuat BI belum cukup pede untuk menurunkan BI rate," kata Tony.
Seperti diketahui, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 Maret 2015 memutuskan untuk menahan suku bunga acuan/ BI Rate di level 7,5 persen.
Selain itu, RDG juga memutuskan untuk menahan suku bunga Deposit Facility di level 5,5 persen dan Lending Facility tetap pada level 8 persen. Keputusan tersebut berlaku efektif sejak 18 Maret 2015.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara menjelaskan, kebijakan tersebut diambil dengan keyakinan Bank Indonesia bahwa inflasi akan tetap terkendali dan rendah sehingga berada di kisaran bawah sasaran 4 persen pada 2015 dan 2016.
"Selain itu, kebijakan ini masih sejalan dengan upaya BI untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan pada tingkat yang lebih sehat," kata Tirta. (Yas/Ahm)