Liputan6.com, Jakarta - Di era modern seperti sekarang ini, peperangan antar negara tidak melulu terjadi secara fisik dan mengandalkan persenjataan berat. Medan perang justru kerap terjadi di ranah cyber yang melibatkan campur tangan para hacker kelas dunia.
Permasalahan ini telah menjadi perhatian serius bagi sejumlah negara. Beberapa negara maju bahkan dilaporkan telah membangun benteng kekuatan cyber dengan anggaran yang tidak sedikit. Prajurit atau tentara cyber, mereka persiapkan untuk menghalau dan melindungi investasi penting pemerintah dari serangan para hacker.
Advertisement
Lalu, sebenarnya negara manakah yang memiliki infrastruktur dan sumber daya manusia benteng pertahanan cyber terkuat di dunia?
Meski tak mempublikasikan kekuatan cyber-nya, laman The Hacker News memperkirakan bahwa China adalah negara dengan kekuatan cyber terdahsyat di dunia untuk saat ini.
Bukan hanya melindungi investasi negara, para tentara cyber China juga diduga kerap melancarkan serangan ke negara lain, terutama Amerika Serikat.
Sebagai contoh, di tahun 2002 silam, China dituding pernah menyerang ratusan sistem komputer milik pemerintahan AS. Serangan kala itu dikenal dengan sebutan sandi perang digital 'Titan Rain'.
Tak tanggung-tanggung, pada serangan Titan Rain saat itu China diklaim mampu merebut sekitar 20 terabytes data penting dari jaringan komputer pemerintah AS.
Hebatnya lagi, kekuatan tentara cyber China dilaporkan juga mendapat dukungan dari para warga masyarakatnya. Kelompok hacker sipil asal China bernama People's Liberation Army disinyalir menjadi penyokong utama serangan cyber China ke sejumlah negara pesaing.
Selanjutnya>>>
Mata-matai Asia
Terkini, sebuah laporan setebal 69 halaman yang dirilis perusahaan keamanan komputer asal AS, FireEye, mengungkapkan aktivitas hacker yang mereka sebut dengan APT (Advanced Threat Persistent) 30, yang diduga disponsori oleh pemerintah China,
APT 30 disebutkan menargetkan perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara dan India. Menariknya, FireEye menyebutkan bahwa APT sudah memata-matai Asia sejak 10 tahun terakhir. Targetnya adalah pemerintah, wartawan, dan perusahaan di kawasan Asia.
Laman CNN melaporkan, APT 30 telah beroperasi sejak 2005. Mereka melakukan serangan melalui spear phishing, atau mengirim email yang berisi lampiran (attachment) berbahaya atau link berbahaya.
(dhi/isk)
Advertisement