Wall Street Menguat Dipicu Kenaikan Harga Minyak Mentah

Kenaikan Wall Street usai harga saham Exxon Mobil, Chevron dan perusahaan energi lainnya naik mengikuti kenaikan harga minyak mentah.

oleh Nurmayanti diperbarui 15 Apr 2015, 04:27 WIB
(Foto: Bloomberg)

Liputan6.com, New York - Bursa AS menguat dipicu Dow dan S & P 500 yang berakhir lebih tinggi, didorong penguatan saham energi dan laporan laba kuartal I yang melampaui ekspektasi di tengah kekhawatiran tentang penguatan dolar.

 Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 59,66 poin atau 0,33 persen, menjadi 18.036,7 poin. Indeks S & P 500 naik 3,41 poin, atau 0,16 persen ke posisi 2.095,84 dan Nasdaq Composite turun 10,96 poin atau 0,22 persen menjadi 4.977,29 poin.

Kenaikan Wall Street usai harga saham Exxon Mobil, Chevron dan perusahaan energi lainnya naik mengikuti kenaikan harga minyak  mentah yang lebih tinggi setelah perkiraan produksi minyak AS pada Mei akan mencatat penurunan bulanan pertama dalam lebih dari empat tahun. Saham Chevron naik 2,2 persen dan Exxon (XOM.N) naik 1,5 persen. 

Saham energi pada indeks S & P 500 melonjak 1,77 persen. Namun, Norfolk Southern Corp (NSC.N) turun 4,18 persen menjadi US$ 100,49 sehari setelah memperkirakan penurunan laba dan pendapatan kuartal pertama.

Penguatan dolar, harga minyak yang murah dan cuaca buruk di Amerika Serikat bagian timur dalam beberapa bulan terakhir membuat investor menguatkan prediksi jika pendapatan bulan Maret akan sulit.

Menurut Art Hogan, Kepala Strategi pasar di Wunderlich Securities di New York. "Ini mungkin salah satu musim paling dibenci yang saya ingat," kata Hogan.

Pelemahan dolar 0,7 persen terhadap sekeranjang mata uang utama, meninggalkannya dengan keuntungan sebesar hampir 10 persen sepanjang tahun 2015.

Penguatan dolar cenderung menyakiti keuntungan perusahaan multinasional AS. Sekitar 5,8 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, di bawah rata-rata harian 6,1 miliar untuk bulan sampai saat ini, menurut BATS Global Markets.(Nrm)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya