Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2015 surplus sebesar US$ 1,13 miliar. Surplus neraca perdagangan tersebut berhasil mengangkat rupiah yang sejak akhir pekan lalu terus bergerak melemah.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) Kamis (16/4/2015)menunjukkan, nilai tukar rupiah menguat 138 poin ke level 12.838 per dolar AS dari 12.976 pada perdagangan sebelumnya. Rupiah memang tercatat bergerak melemah sejak akhir pekan lalu menyusul spekulasi terhadap kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Sementara data valuta asing Bloomberg mencatat nilai tukar rupiah menguat 0,47 persen ke level 12.845 pada perdagangan pukul 9.32 waktu Jakarta. Padahal rupiah sempat dibuka melemah di level 12.961 per dolar AS dari level 12.905 per dolar As pada perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan hari ini, rupiah tampak terus berfluktuasi menguat di kisaran 12.810 - 12.961 per dolar AS.
BPS juga mencatat surplus pada periode Januari-Maret mencapao US$ 2,43 miliar. Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro juga mengharapkan, neraca perdagangan surplus US$ 1,13 miliar pada Maret 2015 dapat mendongrak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Ya pokoknya kalau surplus harusnya tetap bagus buat rupiah," kata Bambang di Gedung Kemenko Perekonomian.
Sementara analisa ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta juga menunjukkan penguatan rupiah pada perdagangan hari ini dipicu neraca perdagangan yang surplusnya meningkat. Apalagi jumlah surplus melampaui ekspektasi.
"Surplus neraca perdagangan membuat rupiah menguat cukup tajam hari ini," ujarnya.
Rupiah diprediksi berpeluang menguat di tengah euforia surplus neraca perdagangan dan terpuruknya nilai tukar dolar AS. (Sis/Ndw)