UBS Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI

Senior Southeast Asia & India Economist, UBS AG, Edward Teather menilai laju pertumbuhan perekonomian Indonesia akan melambat sepanjang 2015

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 16 Apr 2015, 13:03 WIB
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Data perekonomian Indonesia terbaru menunjukkan produk domestik bruto (PDB) riil belum menemukan titik terendahnya sebelum mampu berbalik meningkat. Sementara itu, pergerakan harga komoditas tak tampak mendorong perekonomian Indonesia secara signifikan.

Dengan kondisi tersebut, Senior Southeast Asia & India Economist, UBS AG, Edward Teather menilai laju pertumbuhan perekonomian Indonesia akan melambat sepanjang 2015.

"Selama ini kami mengantisipasi pertumbuhan permintaan dan kebutuhan sejajar (sideways trend), tapi saat ini kami mengurangi proyeksi pertumbuhan PDB menjadi 4,7% dari 5% di tahun 2015," terang Teather melalui keterangan tertulisnya seperti dikutip Liputan6.com, Kamis (16/4/2015).

Selain itu, UBS juga menurunkan revisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada 2016 dari 5,8 persen menjadi 5,6 persen. Menghadapi kemungkinan lambannya laju pertumbuhan Indonesia, Teather mengharapkan adanya pemulihan ekonomi melalui berbagai upaya.

"Kondisi moneter yang longgar, dan belanja infrastruktur yang meningkat merupakan dua di antara banyak cara yang dapat dilakukan. Tapi kami belum yakin kondisi tersebut kondusif untuk peningkatan aktivitas ekonomi secara signifikan," tuturnya.

Teather juga menjelaskan, neraca perdagangan Indonesia lebih positif dalam dua bulan pertama 2015 dibandingkan dua tahun sebelumnya. Menurutnya, BI tampak mengharapkan defisit transaksi berjalan menyempit pada kuartal pertama sebelum melebar kembali hingga 2015.

"BI tampaknya akan kecewa terhadap pertumbuhan PDB, tapi akan terkejut secara menyenangkan menghadapi kemungkinan neraca transaksi berjalan tahun ini," pungkas dia.

Menanggapi hal tersebut, UBS memprediksi BI dapat menurunkan kebijakan suku bunga lebih lanjut sebanyak 50 bps pada 2015. (Sis/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya