Liputan6.com, New York - Seorang wanita melontarkan kekesalan melalui akun Facebook pribadinya, setelah lamaran pekerjaannya ditolak lantaran memakai make up yang terlalu tebal. Kala itu, dia melamar pekerjaan teknis di perusahaan rekayasa perangkat lunak (software) di Cleveland, OnShift.
Mengutip laman Business Insider, Jumat (17/4/2015), lamaran kerjanya ditolak lantaran dirinya berpakaian terlalu provokatif saat sesi wawancara berlangsung. Padahal secara kualitas, dirinya memiliki kualifikasi kerja yang sangat handal untuk profesi yang dilamarnya saat itu.
Advertisement
Foto tulisan dari akun Facebook pribadinya itu ternyata ramai beredar di Twitter. Demi menjaga privasi sang wanita, media tidak menyebutkan nama atau menunjukkan foto wajahnya.
"Saya merasa sangat marah karena saya bahkan tak bisa bicara. Saya ditolak untuk pekerjaan pemrograman karena saat sesi wawancara saya dikatakan lebih mirip akan pergi clubbing dibandingkan wawancara," tutur dia dalam tulisan yang kini ramai beredar di media sosial tersebut.
Wanita itu menjelaskan, pihak perusahaan sebelumnya mengatakan akan merekrut dia berdasarkan kemampuan teknis dan kepribadian saja. Tapi menurut sang perekrut, wanita itu tampak tak terlihat profesional dengan pakaiannya.
"Saya ditolak untuk profesi yang tim pengembangan yang semua anggotanya laki-laki hanya karena apa yang saya kenakan kala itu," tulisnya.
Alasan pakai make up tebal
Selanjutnya
Dalam tulisannya tersebut, dia juga menjelaskan pakaian yang dia kenakan. Wanita yang handal di bidang pemrograman itu juga mengaku memang mengenakan make up tebal.
Padahal, dia menghabiskan berjam-jam menyiapkan penampilannya menghadapi sesi wawancara tersebut. Sepatu berhak dan tas tangan juga dikenakannya agar tampak baik.
"Kalau saya laki-laki apakah perusahaan akan mempertimbangkan pakaian yang saya kenakan? Warna merah dan hitam ini lantas akan dikritik? Kantor itu didominasi pria yang mengenakan jeans dan kaos, lalu ada wanita yang memakai pakaian agak seksi dan itu menunjukkan dedikasi dan etika kerjanya?" protes wanita tersebut.
Perusahaan yang dimaksud adalah OnShift, bisnis baru di bidang software yang kini bernilai US$ 14,1 juta di bidang pendataan. Ini merupakan salah satu contoh dari sekian banyak wawancara kerja yang menjadi tekanan bagi para wanita. (Sis/Ndw)
Advertisement