Liputan6.com, Raqqa - Kelompok yang mengatasnamakan diri sebagai Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) kini makin terorganisasi. Tak hanya mengklaim punya wilayah -- hasil menebar angkara di Irak dan Suriah -- kini mereka juga menerbitkan kartu identitas.
Sejumlah gambar kartu identitas ISIS menyebar di Twitter pekan ini. Salah satunya dilengkapi dengan chip 3 dimensi dan hologram anti-pemalsuan.
Meski keaslian dari gambar-gambar itu belum terverifikasi, gerakan tersebut selaras dengan niat kelompok militan tersebut untuk menjadi seperti negara sesungguhnya. Sebelumnya mereka bahkan mengumumkan akan membuat dan menggunakan mata uang sendiri.
Salah satu penulis buku ' ISIS: The State of Terror', J.M Berger kepada Vice News mengatakan bahwa kelompok teror tersebut sedang berupaya menguatkan citranya.
"Ada pola yang konsisten dari ISIS, yang mencoba membangun citra dan penampilannya sebagai sebuah negara sungguhan," kata dia seperti dikutip dari News.com.au, Sabtu (18/4/2015).
"Banyak hal dilakukan untuk menempatkan 'merek' mereka pada apapun, dan berusaha menunjukkan bahwa mereka memiliki aparatus."
Sepekan lalu, pengguna Twitter Muslimah4Life, yang mengklaim tinggal di wilayah kekuasaan ISIS mengungkap bahwa saudara iparnya telah menerima kartu identitas.
Advertisement
Sementara pada 11 April 2015, akun Twitter GreatISNation -- yang kini telah diblokir -- memposting bahwa ISIS mulai mengeluarkan kartu identitas bagi 'warga negaranya'. "Yang dilengkapi chip elektronik untuk mencegah pemalsuan."
Seperti dikutip dari Al Arabiya, kartu identitas ISIS salah satunya dikeluarkan di Raqqa, Suriah. Namun, hanya untuk pria di atas usia 13 tahun.
Kartu identitas tidak tersedia untuk wanita. "Karena mencetak foto mereka dianggap terlarang," kata aktivis anti-ISIS, Mohamed Saleh.
Kartu identitas ISIS dilaminasi, ada bendera ISIS yang tercetak. Terdapat foto pemegang, nama, tanggal dan tempat lahir, juga nama orang tuanya. "Wilayah (distrik) Raqqa."
Para militan sudah menerima kartu tersebut. Namun, untuk warga sipil masih dalam proses pendaftaran. "Orang tidak ingin kartu itu, tapi mereka tidak punya pilihan," kata Mohamed Saleh. (Ein/Tnt)