Liputan6.com, New York- Sidik jari setiap manusia berbeda dengan manusia lainnya dan bentuknya permanen. Tak heran bila sidik jari jadi hal penting untuk mengidentifikasi seseorang. Namun, ditemukan kasus yang tidak biasa terjadi pada pasien kanker payudara yang kehilangan sidik jarinya.
Wanita berusia 65 tahun yang menjalani pengobatan kanker ini ditolak layanan bank karena ia tidak memiliki sidik jari pada jemarinya seperti diungkapkan New England Journal of Medicine. Dan ternyata, wanita ini hanya satu dari sekelompok orang yang kehilangan sidik jarinya akibat efek kemoterapi.
Advertisement
(Sumber Foto: The New England Journal of Medicine)
Diprediksi, jumlahnya jauh lebih banyak dari yang ditemukan karena tidak melaporkan hal ini atau tidak menggunakan sidik jari dalam kehidupannya sehari-hari terang ahli onkologi dari American Society of Clinical Oncology, Don Dizon, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Hilangnya sidik jari atau biasa disebut Hand-Foot Syndrom adalah versi ekstrim dari efek samping pengobatan kanker. Hal ini menimpa sekitar setengah jumlah pasien pengguna obat kanker atau kemoterapi. Selain tak lagi memiliki sidik jari, ciri lain Hand-Foot Syndrome adalah tangan dan kaki bengkak kemerahan.
Bagi sebagian besar orang, kondisi tangan dan kaki akan bisa kembali pada keadaan normal bila perawatan kemoterapi telah selesai. Namun, tidak dijelaskan dalam jurnal ini apakah sidik jari bisa kembali seperti sedia kala.
"Saya tidak yakin pasien bisa mendapatkan sidik jarinya kembali. Perlu penelitian lanjutan untuk melihat kondisi pasien lebih lama," terang Dizon seperti dikutip laman Time, Senin (20/4/2015).