Biar Berkembang, RI Tak Boleh Bergantung ke China

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Indonesia tidak bergantung pada perekonomian global atau ekonomi suatu negara.

oleh Septian Deny diperbarui 20 Apr 2015, 12:22 WIB
Presiden Joko Widodo dan Presiden China Xi Jinping (REUTERS/Feng Li)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menyatakan bahwa hubungan antara Indonesia dan China masih sangat erat. Ia pun mencontohkan bahwa keeratan tersebut bisa dilihat masih bergantungnya pertumbuhan ekonomi RI dengan perkembangan ekonomi di China.

"Indonesia masih mengandalkan China, kita juga alami diversifikasi ekonomi. Tapi saya sependapat bahwa Indonesia harus memiliki optimisme," ujarnya di Hotel Shangri La, Jakarta, Senin (20/4/2015).

Menurutnya, jika China mampu mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen pada tahun mendatang, maka juga akan membawa dampak positif bagi Indonesia. "Masih ada optimisme yang besar. Pertumbuhan 7 persen di China itu akan membawa dampak juga bagi Indonesia," lanjutnya.

Meski demikian, menurut Sofyan, dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, Indonesia tidak bergantung pada perekonomian global atau ekonomi suatu negara. Pemerintah tetap memiliki strategi sendiri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Sebelum jadi menteri saya juga jadi dewan di beberapa perusahaan. Presiden kami seorang pebisnis. Banyak orang bilang potensi bisnis besar, tapi Indonesia terikat dengan birokrasi dan lain-lain. Jadi semua ikatan dilepaskan, kita buka reformasi," katanya.

Selain itu, pemerintah juga telah membuka lebih banyak pasar tujuan bagi produk-produk dalam negeri sehingga diharapkan akan meningkatkan kinerja ekspor Indonesia.

"Kami buka pasar-pasar di Eropa, Turki, Jepang, Korea. Kemudian membuka ekonomi yang lebih terbuka dengan akses pasar yang lebih besaran. Dengan demikain investor akan masuk ke Indonesia," tandasnya. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya