Liputan6.com, Jakarta Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menjadi salah satu panelis dalam acara diskusi di World Economic Forum di Hotel Shangrila, Jakarta pada Senin (20/4/2015).
Dalam diskusi yang mengambil tema membangun kepercayaan dalam dunia usaha ini, Menteri Susi diminta untuk menceritakan kesuksesannya membangun industri penerbangan.
Diawali dengan hanya memiliki dua pesawat pribadinya, Susi tak pernah berfikir untuk mengembangkan bisnis di dunia penerbangan.
Dalam diskusi yang mengambil tema membangun kepercayaan dalam dunia usaha ini, Menteri Susi diminta untuk menceritakan kesuksesannya membangun industri penerbangan.
Diawali dengan hanya memiliki dua pesawat pribadinya, Susi tak pernah berfikir untuk mengembangkan bisnis di dunia penerbangan.
"Saat itu kami diminta untuk membantu menangani musibah Sunami, dengan jiwa sosial kita terus bantu, tapi secara pendanaan saya akhirnya kehabisan dana karena untuk beli bahan bakar dan sebagainya," Susi berbagi cerita.
Pesawat pribadinya tersebut akhirnya tak mengudara meningat keterbatasan dana yang Susi miliki saat itu. Tak selang lama, mengingat kategori pesawat yang dimilikinya merupakan pesawat yang mampu menjelajah daerah-daerah terpencil maka mengundang ketertarikan bagi Lembaga Sosial Masyarakat (LSM).
Saat itu LSM menyewanya untuk mendistribusikan berbagai macam bantuan untuk para korban Sunami. Dari situlah dirinya mulai berfikir untuk mengembangkan bisnis carter pesawat. "Ini diawali dengan tanpa ada rencana bisnis," tegas dia.
Ketulusan dan kepiawaiannya dalam berbisnis tersebut menjadi kan maskapai Susi Air mulai banyak dikenal masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di daerah terpencil di suatu daerah.
Untuk terus meningkatkan armada susi dengan susah payah mencari pinjaman dana dari perbankan internasional. "Saya dapat pinjaman dari Jepang dengan menuliskan nama saya sendiri sebagai nama maskapai, itu sebagai bentuk jaminan dari saya, ini pakai nama saya, jadi jangan main-main," cerita dia sambil dibarengi senyuman dari para peserta panelis yang mayoritas para pelaku bisnis dari luar negeri tersebut.
Akhirnya, saat ini dirinya telah memiliki setidaknya lebih dari 50 pesawat yang mayoritas jenis Cessna. Hanya saja dirinya berpesan kepada para pelaku usaha satu hal yang sangat sulit dilakukan adalah menjaga kepercayaan dari masyarakat sebagai konsumen.
Dalam dunia bisnis, dirinya menambahkan kepercayaan menjadi sangat penting untuk menjaga kelangsungan bisnis dalam jangka panjang. (Yas/Nrm)
Pesawat pribadinya tersebut akhirnya tak mengudara meningat keterbatasan dana yang Susi miliki saat itu. Tak selang lama, mengingat kategori pesawat yang dimilikinya merupakan pesawat yang mampu menjelajah daerah-daerah terpencil maka mengundang ketertarikan bagi Lembaga Sosial Masyarakat (LSM).
Saat itu LSM menyewanya untuk mendistribusikan berbagai macam bantuan untuk para korban Sunami. Dari situlah dirinya mulai berfikir untuk mengembangkan bisnis carter pesawat. "Ini diawali dengan tanpa ada rencana bisnis," tegas dia.
Ketulusan dan kepiawaiannya dalam berbisnis tersebut menjadi kan maskapai Susi Air mulai banyak dikenal masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di daerah terpencil di suatu daerah.
Untuk terus meningkatkan armada susi dengan susah payah mencari pinjaman dana dari perbankan internasional. "Saya dapat pinjaman dari Jepang dengan menuliskan nama saya sendiri sebagai nama maskapai, itu sebagai bentuk jaminan dari saya, ini pakai nama saya, jadi jangan main-main," cerita dia sambil dibarengi senyuman dari para peserta panelis yang mayoritas para pelaku bisnis dari luar negeri tersebut.
Akhirnya, saat ini dirinya telah memiliki setidaknya lebih dari 50 pesawat yang mayoritas jenis Cessna. Hanya saja dirinya berpesan kepada para pelaku usaha satu hal yang sangat sulit dilakukan adalah menjaga kepercayaan dari masyarakat sebagai konsumen.
Dalam dunia bisnis, dirinya menambahkan kepercayaan menjadi sangat penting untuk menjaga kelangsungan bisnis dalam jangka panjang. (Yas/Nrm)