DPR Minta Menlu Urus WNI Korban Pengeboman KBRI di Yaman

"‎Saya minta Menlu untuk segera mengundang koalisi Arab Saudi untuk ini bisa terselesaikan," kata Ketua DPR RI Setya Novanto

oleh Silvanus Alvin diperbarui 21 Apr 2015, 12:43 WIB
Setya Novanto. (Dok : Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPR Setya Novanto menyayangkan peristiwa ledakan bom yang dialamatkan ke kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yaman pada Senin 20 April 2015 kemarin. Ia minta Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk membantu para korban WNI di sana.

"‎Saya minta Menlu untuk segera mengundang koalisi Arab Saudi untuk ini bisa terselesaikan dengan baik dan tentu kita harapkan pihak-pihak keluarga korban untuk segera dibantu pengobatan, juga dilakukan evakuasi‎," kata Setya Novanto, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (21/4/2015).

Setya menuturkan memang situasi di Yaman tidak sedamai di Indonesia. Atas insiden tersebut, politisi Partai Golkar itu menyerahkan sepenuhnya pada Retno apakah akan menutup KBRI di Yaman atau tidak.

"‎Saya menyayangkan adanya kejadian terhadap gedung KBRI kita. Memang situasi konflik yang ada tidak seperti di Indonesa yang selalu damai. (Soal penutupan KBRI) Saya serahkan kepada melu untuk meneliti dan menindaklanjuti peristiwa tersebut, apa sebab dan musabanya agar lebih jelas," tegas dia.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Hanafi Rais menilai momen Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang sedang berlangsung di Indonesia perlu dimanfaatkan untuk menyerukan perdamaian di Yaman.

"‎Mumpung ada KAA, dapat dijadikan momentum tepat untuk Indonesia mengajak seluruh negara yang hadir, agar mengajak Arab Saudi dan koalisinya menghentikan pemberontakan atau perang agar tdak terjadi jatuhnya korban sipil," kata Hanafi.

"Perang itu harus dihentikan dan mulai mengedepankan upaya diplomasi serta negoisasi dibandingkan perang‎," tambah dia.

Wakil Ketua Umum PAN itu juga mendukung kecaman yang dilayangkan Kementerian Luar Negeri Indonesia. Ia menjelaskan ledakan yang terjadi di KBRI itu melanggar kedaulatan Indonesia.

"Artinya soal KBRI yang dibom itu jelas melanggar kedaulatan Indonesia, karena KBRI di manapun berlaku hukum Indonesia, dan itu yang di rusak oleh Arab dan koalisinya," ujar Hanafi.

Yaman terus bergejolak setelah kelompok milisi Houthi, yang berjuang untuk mendapatkan peningkatan otonomi di Provinsi Saada, melancarkan pemberontakan secara berkala sejak 2004.

Aksi mereka yang paling signifikan terjadi sejak Juli 2014. Pada September 2014, mereka menguasai Ibukota Sanaa, menyandera staf kepresidenan, dan menembaki kediaman Presiden Abdu Rabuh Mansour Hadi. (Han/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya