Pertamina Tak Akan Paksa Masyarakat Konsumsi Pertalite

Komisi VII DPR meminta PT Pertamina (Persero) tidak mengurangi kran (nozzle) penyaluran Premium.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Apr 2015, 18:28 WIB
Ilustrasi Pertamina

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menegaskan, tidak akan memaksa masyarakat untuk mengkonsumsi produk baru Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertalite. Pertamina memberikan keleluasaan kepada masyarakat untuk membeli BBM sesuai dengan kemampuan.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, kehadiran Pertalite adalah usaha Pertamina untuk menambah pilihan bahan bakar ke masyarakat. "Barangkali pengguna Pertamax pindah ke Pertalite itu pilihan, kami ingin memberikan pilihan lebih ke konsumen," kata  saat  Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (22/4/2015).

Dwi mengungkapkan, dalam memasarkan Pertalite, Pertamina tidak akan mengurangi penjualan Premium, dan memaksa masyarakat untuk mengkonsumsi Pertalite. "Nanti RON 88 (Premium) tetap ada. Kami tidak ada rencana menggantikan Premium," ungkapnya.

Komisi VII DPR meminta PT Pertamina (Persero) tidak mengurangi kran (nozzle) penyaluran Premium pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) jika produk baru BBM Pertalite dipasarkan.

Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika mengatakan, Premium merupakan BBM yang paling murah, karena itu ia ingin masyarakat tak kesulitan mendapat Premium. "Tolong jangan ganti akses premium karena paling murah, itu mengganti akses Premium," tutup Kardaya.

Sebelumnya, Pertamina akan meluncurkan produk BBM baru dengan nama Pertalite pada Mei 2015. Produk BBM baru ini memiliki kadar oktan antara 90-91. Vice President Fuel Marketing Pertamina, Muhammad Iskandar mengatakan, dengan kadar oktan tersebut, harga untuk BBM jenis baru tersebut akan berada di bawah Pertamax yang saat ini di level Rp 8.600 per liter namun di atas Premium yang saat ini ada di level Rp 6.800 per liter.

"Harganya medium antara Rp 8.000 per liter hingga Rp 8.300 per liter. Sehingga jarak harga dengan Premium dan Pertamax tidak terlalu jauh," ujarnya.

Iskandar menjelaskan, sebenarnya rencana untuk mengeluarkan BBM dengan kadar oktan seperti ini sudah lama namun terus dipendam oleh perseroan. "Sebetulnya ron 90 ini kami sudah mau launching sejak lama karena kami ingin punya produk yang sesuai requirement pasar," lanjutnya. Alasan Pertamina mengulur waktu karena masih mempertimbangkan harga Premium yang sebelumnya masih mendapatkan subsidi dari pemerintah.

Dengan sudah dicabutnya subsidi pada Premium, Pertamina memandang saat ini adalah waktu yang telah untuk untuk meluncurkan produk baru tersebut. "Waktu itu Premium subdisinya masih besar sehingga akan jauh gap harganya. Nah ini waktunya pas, subsidi dihapus ron 88 dan dengan ron 92 sudah tidak jauh jaraknya," tandasnya. (Pew/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya