Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir mengatakan, Pemerintah Indonesia berpontesi menjadi penengah konflik di Yaman. Pernyataan tersebut dilontarkan Fachir setelah Presiden Joko Widodo atau Jokowi menggelar pertemuan dengan negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Mantan Duta Besar RI untuk Arab Saudi itu mengatakan, dalam pertemuan tersebut salah satu isu yang dibahas adalah krisis Yaman. Terutama soal negara yang diniliai bisa menjadi penengah konflik di negera yang berbatasan dengan Laut Merah itu.
"Kita harus konsultasi mengenai negara-negara mana yang dinilai berpotensi untuk mencarikan solusi. Ini kan persoalannya ada 2 pihak yang berkonflik. Jadi Kita cari kira-kira negara mana yang dinilai berpotensi berkontribusi bisa mencari solusi," kata Fachir kepada Liputan6.com di sela Konfernsi Asia-Afrika (KAA) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis (23/4/2015).
Dalam pertemuan itu pun ada banyak negara yang berpontensi menjadi penengah konflik di Yaman. Termasuk di antaranya Pemerintah RI. "Salah satunya (yang bisa menjadi penengah) Indonesia," kata Fachir.
Yaman terus bergejolak setelah kelompok milisi Houthi, yang berjuang mendapatkan peningkatan otonomi di Provinsi Saada, melancarkan pemberontakan secara berkala sejak 2004.
Aksi mereka yang paling signifikan terjadi sejak Juli 2014. Pada September 2014, mereka menguasai Ibukota Sanaa, menyandera staf kepresidenan, dan menembaki kediaman Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi.
Kondisi ini kemudian membuat Arab Saudi dan sekutunya di Teluk turun tangan. Puncaknya, mulai Maret 2015 Arab Saudi dan negara teluk memutuskan untuk melakukan operasi militer "Decisive Storm", untuk menggempur kelompok Houthi di Yaman, setelah Presiden Abd Rabbuh meminta bantuan. (Rmn/Mut)
Indonesia Berpotensi Jadi Penengah Krisis di Yaman
Dalam pertemuan di KAA ke-60 ada banyak negara yang berpontensi menjadi penengah konflik di Yaman.
diperbarui 23 Apr 2015, 15:43 WIBPemberontak Houthi memeriksa lokasi serangan udara Saudi di kota Saada (30/3). Situasi Yaman yang memburuk memaksa PBB menarik seluruh staf internasionalnya dari sana. (Reuters/VOA News)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Strategi Khusus Golkar Jaga Elektabilitas Dedi-Erwan Tetap Unggul
7 Metode Alami dan Cepat Turunkan Kolesterol dengan Bawang Putih
Prabowo Puji Jokowi: Beliau Pemimpin yang Bisa Ambil Keputusan Berani
Marcus Thuram Cetak Hattrick, Inter Milan Naik Peringkat
Imbas Ledakan di Lebanon, Maskapai Emirates Larang Pager dan Walkie Talkie di Penerbangannya
4 Zodiak Ini Ketagihan dengan Sensasi Berkencan yang Seru
Akses iCloud di Android Tanpa Aplikasi Tambahan, Ini Caranya
Top 3: Fenomena Anak Muda Sekarang Punya Banyak Utang
Doa Setelah Sholat Dhuha Agar Cepat Dikabulkan, Tata Cara dan Waktu Tepatnya
Klinik Kereta Api PT KAI di Stasiun Cisaat Sukabumi, Ada Laboratorium untuk Anak
Prediksi Liga Inggris Aston Villa vs Manchester United: Setan Merah Pantang Diremehkan
6 Tokoh Penting Film Pulau Hantu Dibintangi Taskya Namya, 5 Remaja Terdampar dan Diteror Hantu Mangap