Liputan6.com, Canary Island - Insiden tragis menimpa maskapai Dan-Air yang akan menuju Canary Island, Spanyol hari itu, 25 April 1980. Merenggut nyawa 138 penumpang dan 8 awak yang berada di dalamnya.
Tragedi maut itu bermula saat pesawat jet carteran dari Manchester, Inggris yang hendak menuju Pantai Tenerife terdeteksi keluar dari radar. Saat itu si pilot melapor kepada pengendali lalu lintas udara, bahwa pesawat berada satu mil sebelah timur dari posisi sebenarnya.
Namun pihak pengendali lalu lintas udara di bandara tak bisa mendeteksi keberadaan pesawat. Sehingga disarankan untuk menurunkan ketinggian ke 6.000 kaki, dan menunggu perintah selanjutnya untuk mendarat.
Berikutnya, seperti dilansir dari History Channel, detik-detik kritis pun terjadi. Kru pesawat dan pengendali lalu lintas udara menghadapi kendala komunikasi. Begitu juga dengan pilot, yang kebingungan dengan perintah mereka.
Tanpa disadari, pesawat melaju ke arah pegunungan di sebuah pulau kecil.
Karena kondisi sangat berawan, pilot tidak mengetahui bahwa tepat di depannya ada sebuah gunung menjulang. Duar! Tabrakan tak terelakkan. Tak ada yang selamat, 146 orang di dalamnya meregang nyawa. Sementara pesawat jatuh ke sisi gunung.
Advertisement
Kecelakaan mengerikan ini terjadi 3 tahun sesudah tragedi di tanggal yang sama pada 1977. Kala itu jumbo jet KLM bertabrakan dengan pesawat Pan Am di landasan. Sebanyak 570 orang dari kedua pesawat tersebut tewas.
Tabrakan itu dilaporkan terjadi karena kendala komunikasi antara pesawat dan pengendali lalu lintas udara di tengah kondisi berkabut parah. Pengendali lalu lintas udara yang menyampaikan informasi dalam Bahasa Inggris dengan logat Spanyol kental, sehingga tak jelas terdengar, menjadi salah satu penyebab kecelakaan.
Selain peristiwa nahas tersebut, pada tanggal yang sama tahun 1967 dilaporkan terjadi kesalahpahaman yang membuat pria bernama James Richardson dipenjara. Walaupun ia tak terbukti bersalah membunuh ketujuh anaknya dengan racun.
Richardson kemudian dihukum bui 21 tahun, sebelum akhirnya dinyatakan tak bersalah dan dibebaskan.
Sedangkan pada 25 April 1990, Violeta Barrios Torres de Chamorro terpilih sebagai wanita pertama yang menjabat sebagai presiden Nikaragua. (Tnt/Ein)