Liputan6.com, Jakarta - Doa terus dipanjatkan keluarga, para kerabat, dan seluruh masyarakat Indonesia untuk Alma Parahita (32), Kadek Andana (27), dan Jeroen Hehuwat (39) yang belum diketahui nasibnya paska gempa yang mengguncang Nepal pada 25 April 2015.
Semua berharap ketiga warga asal Bandung, Jawa Barat, dalam keadaan baik-baik saja, dan kelak ditemukan dalam keadaan sehat wal afiat. Menurut Divisi Metabolik Endokrin, Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), Dr Tri Juli Edi Tarigan, SpPD selagi mereka cukup pasokan cairan, kemungkinan hidup cukup besar. Apalagi, mereka berniat mendaki hingga ke Yala Peak, Langtang.
Baca juga : Gempa 7,9 SR Porak-porandakan Nepal
"Yang membahayakan kalau mereka kurang cairan, berakibat dehidrasi. Apabila dehidrasi, ini yang berbahaya," kata Tri saat dihubungi Health-Liputan6.com pada Senin (27/4/2015)
Dehidrasi, lanjut Tri Juli, mengakibatkan tensi turun yang secara otomatis aliran darah ke otak berkurang. "Ujung-ujungnya bisa halusinasi dan mengalami gangguan kesadaran," kata Tri Juli.
Dehidrasi seharusnya diwaspadai oleh seorang pendaki. Ketika mereka berhalusinasi, bisa membahayakan diri mereka sendiri.
"Kalau seorang pendaki kerap melihat jurang padahal enggak ada, atau melihat harimau yang sudah jelas di situ bukanlah tempat harimau berkumpul, itu tanda kalau mereka dehidrasi yang membuatnya berhalusinasi," kata Tri Juli menambahkan.
Alasan lain kurang minum lebih berbahaya ketimbang kurang makan, jelas dia, karena makanan di dalam tubuh banyak ragamnya. Ketika glukosa habis terpakai, tubuh menggunakan glikogen untuk bertahan hidup.
"Kira-kira kita sudah berpuasa selama 12 sampai 24 jam, barulah glikogen terpakai," kata Tri Juli menerangkan.
Pun ketika glikogen `habis`, tubuh masih dapat menggunakan cadangan lainnya. "Protein dan lemak dapat diubah menjadi glukosa. Setelah itu habis, masih ada produk-produk sampingan lain yang disebut benda-benda ketum yang membuat mereka masih bisa bertahan 2 sampai 3 hari," kata Tri Juli.
Tri Juli menyarankan, bagi siapa saja yang ingin mendaki, terlebih gunung-gunung seperti Nepal yang diguncang gempa 7,8 skala richter pada 25 April 2015, cukupi pasokan cairan lebih banyak agar dapat bertahan hidup.
Advertisement
Baca juga :