Liputan6.com, Jakarta - Industri uang digital kembali mendapat perhatian lebih dari sektor telekomunikasi dan perbankan. Bank Mandiri menggandeng tiga operator besar, Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat untuk menggarap bisnis uang digital di Indonesia memakai skema branchless banking.
Kolaborasi perusahaan beda industri itu bertujuan mendongkrak transaksi non-tunai agar memberikan keuntungan kepada seluruh pihak. Mereka berharap bisa menggarap masyarakat unbanked alias masyarakat Indonesia yang belum tersentuh bank berjumlah 120 juta yang masih belum tergarap.
Advertisement
"Kalau kita garap dengan serius kolaborasi ini, kita bisa meraih tiga sampai lima juta pelanggan dalam setahun," kata Hery Gunardi, Direktur Consumer Bank Mandiri pada acara peluncuran 'Rekening Hape' di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (27/4/2015).
Hery mengaku, penetrasi layanan keuangan masih sangat rendah karena tingginya cost perbankan untuk membuka kantor cabang. Ia memaparkan untuk menyediakan satu kantor cabang kecil, pihaknya membutuhkan biaya Rp 800 juta hingga Rp 1 miliar.
"Itu sebabnya perbankan yang hadir lebih dulu baru punya 60 juta. Sementara industri telekomunikasi yang baru sekitar 10 tahun lebih sudah setara dengan populasi penduduk. Itu sebabnya kolaborasi branchless banking sangat potensial untuk digarap bersama," papar Hery.
Kerjasama antara Bank Mandiri dan ketiga operator seluler tersebut, salah satunya menggunakan konsep co-branding produk uang elektronik. Langkah itu diharapkan membuat pemasaran dan edukasi dapat lebih efektif dan efisien. Selain itu, masing-masing pihak juga turut mengoptimalkan jaringan dan infrastruktur yang dimiliki.
Pada tahap awal, kerjasama Bank Mandiri dan tiga raksasa telekomunikasi seluler Tanah Air telah dilakukan di tiga kota kabupaten di Jawa Barat yaitu Bandung, Garut, dan Tasikmalaya sejak akhir Maret hingga pertengahan April 2015.
Bank Mandiri mengklaim masyarakat memiliki antusiasme yang cukup tinggi terhadap kerjasama ini. Hal itu terlihat saat roadshow softlaunching produk Rekening Hape di Bandung, Garut, dan Tasikmalaya.
"Sampai dengan 24 April 2015, sekitar 41 agen dan 1.500 pengguna telah terdaftar dan menggunakan produk tersebut untuk bertransaksi," papar Hery.
(den/isk)