Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid, memberikan pengarahan langsung saat pelepasan 255 calon TKI ke Korea Selatan.
Calon TKI yang diberangkatkan tersebut, merupakan program kerja sama Goverment to Goverment atau G to G, antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Korea Selatan. Sehingga dipastikan tidak ada permainan penempatan TKI di Korea.
"Proses penempatan G to G ke Korea harus bersih dari segala jenis permainan, dan kita akan memastikan ke depan semua proses dan tahapannya dibuat transparan," kata Nusron, di Gedung Korea Indonesia Technical and Cultural Cooperation Center (KITCC) BP3TKI Jakarta, Jalan Pengantin Ali No 71, Ciracas, Jakarta Timur, Senin (27/4/2015).
"Sehingga menutup peluang bagi calo atau perusahaan tertentu yang coba mau main belakang," sambung dia.
Advertisement
Nusron mengatakan, selaku Kepala BNP2TKI dirinya sudah mengarahkan jajaran Deputi Bidang Penempatan, agar seluruh proses penempatan, termasuk penempatan di Korea, harus diproses transparan melalui sistem. Agar tidak terjadi permainan oknum di luar aparat BNP2TKI. Dia meminta kepada Deputi Penempatan Agusdin Subiantoro segera menyiapkan sistemnya.
Nusron juga akan memantau langsung pada saat sanding data melalui sistem tersebut. Dia merasa tertantang dengan keluhan masyarakat terkait tingginya biaya penempatan ke Korea. "Saya akan membuktikan dalam tahun ini proses penempatan G to G ke Korea harus benar benar bersih dan transparan," tegas dia.
255 TKI yang akan diberangkatkan tersebut akan menempati sektor pekerjaan Manufaktur dan Fishery (Perikanan). 180 Orang bekerja di sektor manfaktur, dan 75 orang di sektor perikanan. Pada 2015, telah diberangkatkan TKI ke Korea 1.700 orang.
Menurut Nusron, jadi TKI ke Korea merupakan proses hijrah. Karena niat berangkat sebagian besar TKI ke Korea adalah memperbaiki nasib dan memperbaiki kehidupan keluarga. Karena itu, dia berpesan agar para TKI yang akan berangkat ke Korea jangan 'neko-neko' selama berada di luar negeri.
"Orang Indonesia di luar negeri banyak yang menjadi sasaran perekrutan ISIS. Jadilah TKI yang berpegang teguh pada Pancasila," pesan dia.
Tantangan atau godaan lain, kata Nusron, adalah konsumerisme. Karena itu dia berpesan agar jangan lupa menabung. "Jangan sampai kalau setelah kembali ke Indonesia malah mendaftar jadi TKI lagi," imbau dia.
Agusdin dalam sambutannya menyampaikan, dari 55.000 kuota lowongan pekerjaan yang dibuka Korea untuk negara lain, Indonesia mendapat kuota 5.800 TKI. Indonesia merupakan negara yang paling besar kuotanya dibandingkan negara lain.
"Itu artinya Indonesia masih dipercaya oleh Korea," ujar Agusdin.
Mulai 2015 proses penempatan TKI ke Korea sudah menggunakan sistem online. Karena itu, Agusdin berpesan kepada mereka agar jangan menjadi TKI 'kaburan'. Karena Pemerintah RI bisa disuspend tidak boleh mengirimkan TKI lagi ke Korea. (Rmn)