Liputan6.com, Bekasi - Gempa 7,9 skala yang mengguncang Nepal pada 25 April 2015 sempat membuat khawatir Meidy Handayani, dokter di Bekasi, Jawa Barat. Suaminya, Ahmad Novel berada di Nepal kala itu dan sempat tak bisa dihubungi.
"Saya terakhir kontak itu, pada Jumat siang (24 April 2015). Saya masih bisa menanyakan keadaan dia di sana," kata Meidy ketika ditemui Liputan6.com di kediamannya, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (28/4/2015).
"Namun pas terjadi gempa pada Sabtu (25 April 2015) siang, tak bisa dikontak lagi," imbuh dia.
Keberangkatan sang suami yang juga berprofesi sebagai dokter ke Nepal pada 16 April 2015 adalah untuk mendaki puncak Everest bersama rekan-rekannya. Di Nepal, Novel dan 3 rekannya, Eko, Meinardi, dan Prabudi akan merayakan ulang tahun kelompok Mahasiswa Pecinta Alam Kedokteran (Mapadoks) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang.
Jadi Relawan
Namun pada Senin 27 April 2015 kemarin, Meidy akhirnya bisa mengontak sang suami lewat Blackberry Messenger (BBM). Dan setelah selamat, para dokter tersebut justru mengulurkan tangannya untuk membantu korban gempa di Nepal.
Dan pada 25 April 2015 malam, dia berhasil menghubungi suaminya lewat Blackberry Messenger (BBM). Dalam komunikasi itu, sambung dia, Novel mengabarkan jika dia dan rekan-rekannya berhasil selamat dan berada dalam kondisi baik.
Lalu pada Senin 27 April 2015, Novel mengabarkan pada Meidy jika mereka tengah berada di Namche Bazaar dan menjadi relawan di sana.
"Mereka kini menjadi tim medis untuk menolong korban yang ada di sana. Mereka membantu orang-orang yang terkena hamparan salju Gunung Everest," ujar Meidy.
Dia mengaku tak tahu kapan sang suami bakal pulang ke Indonesia. Karena kondisi bandara di Nepal pun belum kondusif. Di samping juga masih banyak korban yang membutuhkan bantuan.
"Kami sekeluarga hanya bisa berdoa agar Bapak bersama dengan rekan-rekannya sehat-sehat saja dan bisa membantu korban gempa dengan maksimal," harap Meidy. (Ndy/Mut)
Advertisement