Seni Menikmati Teh dan Cara Penyeduhan yang Benar

Minum teh ternyata bukan hanya tradisi dan budaya untuk sehat, melainkan ada seni tersendiri dalam menyeduh teh.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 29 Apr 2015, 01:30 WIB
Minum teh ternyata bukan hanya tradisi dan budaya untuk sehat, melainkan ada seni tersendiri dalam menyeduh teh.

Liputan6.com, Jakarta Daun teh diyakini memiliki kandungan zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Tak heran, kebiasaan minum teh telah menjadi kegemaran masyarakat di seluruh dunia. Tahukah Anda sejak kapan teh mulai di konsumsi manusia? Dan bagaimana menyajikan teh yang benar tanpa mengurangi khasiatnya?

Konon, cerita tentang teh mulai di kenal di Tiongkok tepatnya sejak jaman Kaisar Shen Nung yang berkuasa ribuan tahun silam. Dikisahkan, sang raja sedang memasak air di kebun istana. Tiupan angin yang kencang menggugurkan beberapa helai daun teh yang kemudian jatuh ke air rebusan di kuali. Aroma sedap langsung muncul dan tercium oleh Kaisar, ia pun tergoda untuk meminumnya. Setelah meminum beberapa kali dan melakukan penelitian, sang Kaisar pun merasakan manfaatnya terhadap tubuh. Sejak itu, Kaisar menjadikan daun teh sebagai minuman sehari-hari dan lambat laun membaginya kepada rakyat Tiongkok.

Sebagai salah satu warisan budaya timur yang harus dipertahankan, minum teh ternyata bukan hanya tradisi dan budaya untuk sehat, melainkan ada seni tersendiri dalam menyeduh teh. Anggota komunitas pecinta teh “Medan Tea Club”, Endar Hadi Purwanto, mengatakan banyak masyarakat yang kurang mengerti budaya dan seni dari minum teh.

“Menikmati teh adalah salah satu warisan budaya Timur yang harus dipertahankan, untuk dikenalkan dan disosialisasikan. Jaman sekarang jangankan anak muda, yang sebaya dengan saya juga banyak yang tidak mengerti budaya “ngeteh”. Tahunya teh itu baik tapi tidak tahu informasinya lebih banyak,” ucap Endar Hadi Purwanto (51) yang juga pemilik Ho Teh Tiam Tea Gallery di Medan, Sumatera Utara.

Secara umum masyarakat tentunya mengetahui teh hijau, teh hitam, teh jasmin dan oolong, bagi Endar semua teh adalah sama. Menurutnya, yang paling penting adalah cara penyeduhannya. Tak masalah jenis dan asalnya dari mana, Endar mengatakan seduhan yang baik dan benar akan membuat peminum teh mendapatkan khasiatnya. Sedangkan, kebiasaan masyarakat yang menyeduh dan merendam teh berlama-lama hingga warnanya kecokelatan atau kehitaman akan mengurangi khasiatnya.

“Itu kebiasaan yang keliru. Jangan seduh teh terlalu lama. Cukup dengan hitungan detik saja guna menghindari tanin. Soalnya, teh diminum bukan untuk menghilangkan dahaga tetapi lebih kepada manfaatnya. Karenanya lebih baik seduh teh di cangkir kecil saja. Bila ingin minum lagi proses penyeduhan bisa diulang. Ini lebih baik ketimbang menyeduh di cangkir besar dalam waktu lama," jelas Endar.

Endar juga berpesan penggunaan bubuk teh hendaknya jangan dipakai hingga lebih dari semalam. “Sehatnya 24 jam. Kalau sudah berganti hari teh tidak dapat dipakai lagi karena manfaatnya sudah tidak ada lagi,” jelas Endar.

>>>Selanjutnya Seni Menyeduh Teh dan Filosofi Masyarakat Tionghoa


1

Minum teh ternyata bukan hanya tradisi dan budaya untuk sehat, melainkan ada seni tersendiri dalam menyeduh teh.

Selain itu, Endar juga menyarankan ketika membuat teh tidak ditambah gula karena dapat mengurangi khasiat dari teh tersebut. Cangkir yang digunakan untuk minum teh sebaiknya menggunakan porselen ketimbang stainless. Minum teh yang nikmat, bagi Endar tak hanya sekadar menenggak teh, melainkan ada ritual khusus yang mengandung seni dan filsafat.

“Dimulai dari membilas poci, memasukkan daun teh, menyeduh teh hingga air seduhannya luber membasahi permukaan luar poci, menyingkirkan gelembung, menuangkan teh, meneteskan teh, menikmati teh dengan mencium aroma dan meminum teh. Teknik meminum teh tak langsung meneguk tetapi ayunkan cangkir dekat hidung dengan gerakan mengikuti bandul jam lalu teguk, niscaya rasanya akan berbeda dan lebih nikmat tentunya,” papar Endar.

Endar juga menuturkan bahwa pengenalan yang dangkal akan khasiat teh bagi metabolisme tubuh membuat banyak orang bilang kebanyakan minum teh dapat mengganggu ginjal dan lain sebagainya.

"Ada hal baik yang terkandung di dalam teh. Teh itu bukan obat, tapi meminumnya secara rutin dengan cara menyeduh dan minum yang benar dapat menjaga metabolisme tubuh kita tetap stabil,” papar pria paruh baya yang selalu bersemangat ketika bercerita tentang manfaat teh ini.

Bukti dari khasiat teh ini terlihat dari masyarakat Tiongkok. Endar menjelaskan, bahwa porsi meminum teh di kalangan masyarakat Tiongkok mencapai 90 persen setiap harinya dengan harapan hidup yang relatif lebih panjang.

“Tengok saja di Tiongkok sana. Di kedai-kedai minuman yang lazim disajikan hanya ada dua macam minuman. Pertama teh, lalu kedua arak. Selain itu, coba perhatikan lukisan atau ornamen yang menghiasi kedai-kedai itu. Tokoh dalam lukisan itu berupa pria dan wanita tua bukan yang muda. Sebab dalam filosofi masyarakat Tionghoa, sehat dan umur panjang merupakan dambaan setiap orang. Usia tujuh puluh, delapan puluh, hingga sembilan puluh tahun merupakan umur tua yang biasa. Kalau bisa seratus tahun atau lebih, baru luar biasa,” jelas Endar.

>>>Selanjutnya Koleksi Teh Milik Endari di Ho Teh Tiam Tea Gallery


2

Minum teh ternyata bukan hanya tradisi dan budaya untuk sehat, melainkan ada seni tersendiri dalam menyeduh teh.

Kecintaan Endar terhadap minuman yang dibuat dari daun Camillia sinensis ini dan berbekal pengetahuan dibidang Farmasi, membuat Endar mendirikan Ho Teh Tiam atau “Kedai Teh yang Bagus” pada tahun 2008.

Berada di Jalan Monginsidi nomor 32, Kota Medan, kedai Ho Teh Tiam Tea Gallery menempati sebuah bangunan unik dengan arsitektur oriental. Di kedai ini, Anda tidak saja dapat menikmati aneka varian teh dari dalam dan luar negeri tapi juga diajarkan cara menyeduh teh dengan baik dan benar, yang sudah menjadi tradisi bangsa timur ratusan tahun silam.

Ada beragam macam koleksi teh yang dijual Endar, mulai dari produk lokal misalnya dari Sidikalang dan Bogor hingga teh impor dari Tiongkok yang memiliki khasiat masing-masing.

"Teh ini punya salah satu kesamaan seperti wine, semakin lama disimpan atau semakin tua umurnya semakin mahal harganya. Saya punya koleksi teh kepakan yang dibuat dari tahun 2005, 2006, dan seterusnya,” ujar Endar.

Untuk kemudahan transaksi di Ho Teh Tiam Tea Gallery, Endar yang telah lama menjadi nasabah BCA KCU Bukit Barisan menyediakan mesin Electronic Data Capture (EDC) BCA. Sehingga pengunjung tak perlu repot membawa uang tunai dalam jumlah banyak jika ingin menikmati teh di tempat maupun membawa pulang oleh-oleh istimewa dari Ho Teh Tiam Tea Gallery.

Menurut Endar, dengan EDC BCA transaksi lebih praktis, aman, mudah dan tentu saja nyaman, baik bagi pengunjung maupun dirinya sebagai pemilik kedai. Lebih lanjut Endar berharap, dengan adanya kedai teh ini dapat menumbuhkan budaya sehat di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya kawula muda. Bersama teman-teman komunitas, Endar juga rajin bertandang ke sekolah-sekolah dan kampus-kampus untuk membagikan pengetahuan dan filosofi teh kepada generasi muda.

BCA Senantiasa di Sisi Anda.

(Adv)

 
 
 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya