Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia masih di bawah tekanan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dengan Brent menetap lebih rendah dan minyak mentah Amerika Serikat (AS) cenderung mendatar.
Pelemahan ini akibat kekhawatiran tentang membengkaknya stok minyak mentah AS yang telah memangkas kenaikan harga di tengah memanasnya konflik di Timur Tengah dan pelemahan dolar AS.
Advertisement
Sempat reli di awal perdagangan, tekanan jual tumbuh karena investor khawatir tentang catatan stok minyak AS yang tinggi. Setelah pasar ditutup, American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri perminyakan, melaporkan persediaan minyak mentah AS naik ke rekor tinggi untuk minggu ke-16.
Dilansir dari Reuters, Rabu (29/4/2015), harga minyak mentah AS jenis West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik US$ 7 sen menjadi US$ 57,06 per barel, setelah menyentuh level US$ 57,83 per barel.
Minyak Brent, yang lebih banyak digunakan patokan minyak dunia, tercatat turun US$ 19 sen, atau 0,3 persen menjadi US$ 64,64 per barel, usai menguat sampai US$ 65,49 per barel.
Sebelumnya, harga minyak naik karena pasukan Iran naik kapal berbendera Marshall Islands, MV Maersk Tigris, di Teluk usai menembakkan tembakan peringatan. Televisi Al Arabiya awalnya mengatakan kapal itu adalah kapal AS.
Penurunan dolar AS ke level terendah dalam delapan minggu juga mendukung harga minyak. Pelemahan dolar AS setelah laporan keyakinan konsumen AS yang melemah pada bulan April, membuat investor berhati-hati tentang pertemuan Federal Reserve minggu ini.
Harga minyak telah naik sekitar 20 persen bulan ini untuk pemulihan terkuat sejak aksi jual minyak antara Juni 2014 dan Januari 2015. Namun kebanjiran stok minyak telah menahan kenaikan harga.
API melaporkan, persediaan minyak mentah AS naik 4,2 juta barel pekan lalu, hampir 2 juta barel lebih tinggi dari perkiraan dalam jajak pendapat Reuters, ke rekor 485,4 juta barel. (Ndw)