Liputan6.com, Jakarta - Kepedihan menyelimuti hati keluarga para terpidana mati yang dieksekusi dini hari tadi. Isak tangis terpaksa ditahan untuk memenuhi wasiat terakhir orang yang mereka sayangi.
Ada pula yang tak kuasa melepaskan semua rasa sedihnya. Seperti tangis Meliani Slamet di pusara sang suami terpidana mati asal Ghana Martin Anderson.
Ada juga mata berkaca dari anak-anak panti asuhan yang sedih ditinggal Uncle Dily atau Okwudily Oyatanze. Mereka hanya mampu menatap nanar peti jenazah yang telah terbalut kain putih bersih itu.
Berikut potret kesedihan keluarga melepas para terpidana mati yang terekam mata Liputan6.com, Rabu (29/4/2015):
Selanjutnya: Mata Berkaca-kaca...
Advertisement
Mata Berkaca-kaca
Mata Berkaca-kaca
Nyanyian lagu rohani dengan irama reggae mengiringi prosesi kedatangan jenazah Uncle Dily, begitulah terpidana mati asal Nigeria Okwudily Oyatanze biasa disapa. Dari Nusakambangan, Cilacap, jenazahnya disemayamkan di Panti Asuhan Eklesia, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Lagu yang menggambarkan kedekatan dengan Tuhan itu adalah salah satu ciptaan Okwudily semasa hidup di dalam penjara. Sebuah spanduk berisi potret Uncle Dily dibentangkan di dinding.
Di hadapannya, peti jenazah diletakkan. Sementara di sudut lain, beberapa anak asuh di panti tersebut terlihat tertunduk. Mata mereka berkaca ketika jenazah Dily tiba di sana.
Selanjutnya: Tangisan di Pusara...
Advertisement
Tangisan di Pusara
Tangisan di Pusara
Tangis Meliani Slamet, istri terpidana mati asal Ghana Martin Anderson langsung pecah saat jasad sang suami tiba di TPU Perwira, Bekasi Jawa Barat. Dia didampingi kuasa hukum, Casmanto dan 2 anggota keluarga lainnya.
Dengan pengawalan petugas kepolisian dan kejaksaan, pihak keluarga Martin menerima dan menandatangani berkas penyerahan jenazah. Jenazah Martin Anderson alias Belo (54) kemudian langsung dimakamkan.
Isak tangis Meilani kembali tidak terbendung saat melihat jenazah suaminya dimasukkan ke dalam liang kubur pukul 11.35 WIB.
"Suami saya telah berada di surga," ucap Meliani lirih.
Selanjutnya: Maaf...
Maaf...
Maaf...
Jenazah terpidana mati asal Brasil Rodrigo Gularte tiba di Rumah Duka Rumah Sakit Carolus, Salemba, Jakarta Pusat sekitar pukul 12.00 WIB dengan pengawalan ketat anggota kepolisian. Di sana saudara perempuan Rodrigo, Angelita Muxfeldt terus mendampingi.
Angelita mengaku, Rodrigo sempat memintanya dan keluarga untuk tak bersedih. Perempuan berambut hitam panjang itu juga meminta maaf atas apa yang telah dilakukan Rodrigo selama di Indonesia.
"Maaf untuk ini semua, saya sangat meminta maaf untuk semua ini," ucap Angelita.
Dia mengatakan, jenazah Rodrigo akan diterbangkan ke Brasil pada Kamis 30 April 2015. Sesuai permintaan saudaranya.
Selanjutnya:
Selanjutnya: Kunjungan 2 Sahabat...
Advertisement
Kunjungan 2 Sahabat
Kunjungan 2 Sahabat
Kedua sahabat Andrew Chan, Tedy Andrew dan Maureen Veronica melayat ke Rumah Persemayaman Abadi, Jalan Daan Mogot Km 2, Jakarta Barat.
Kedua orang itu berniat masuk ke rumah duka untuk melihat jenazah sahabatnya untuk terakhir kalinya. Namun pihak Kedutaan Besar Australia saat itu belum mengizinkan keduanya masuk ke dalam untuk melayat jenazah.
Mengenang kembali Andrew membuat Tedy menangis.
"Dia bilang nggak takut bakal ditembak mati. Dia juga bilang jangan takut sama yang bisa membunuh tubuh, tapi takutlah sama yang membunuh jiwa. Padahal maksud kita datang untuk menguatkan Andrew, tetapi malah kita yang dikuatkan olehnya. Saya mendengar itu hanya menangis," ujar Tedy mengingat pertemuannya dengan Andrew di LP Nusakambangan beberapa waktu lalu.
Sementara sahabat lain, Maureen Veronica, menceritakan Andrew banyak belajar mendekatkan diri dengan Tuhan. Dia menuturkan, Andrew menjadi benar-benar takut akan kuasa Tuhan.
Adik dan Ambulans Nomor 9...
Adik dan Ambulans Nomor 9
Adik dan Ambulans Nomor 9
Setelah dieksekusi mati di Lapas Besi Nusakambangan pada Rabu dini hari, jenazah terpidana mati kasus narkoba Zainal Abidin langsung dikebumikan di TPU Karang Suci, Cilacap, Jawa Tengah. Jasadnya dibawa menggunakan ambulans bernomor 9.
Di kursi depan, terlihat sang adik, Iwan Setiawan duduk bersama Ketua MUI Cilacap, Hasan Makarim. Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai di tempat pemakaman yang berada di bibir laut itu.
Sebuah liang lahat di sisi Timur TPU sudah menunggu jenazah Zainal sejak Selasa 28 April 2015 kemarin. Proses pemakaman lalu dilakukan secara Islami. Di sana warga yang hadiri turut mendoakan sang terpidana mati. (Ndy/Ans)
Advertisement