Usai Eksekusi Mati, Bisnis RI dan Australia Tak Terpengaruh

Sejumlah ekonom dan pengusaha Australia yakin hubungan bisnis negaranya dan Indonesia masih bisa berlanjut meski eksekusi mati telah terjadi

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 30 Apr 2015, 15:30 WIB
Ilustrasi hubungan Indonesia-Australia (Via: politik.kompasiana.com)

Liputan6.com, Sydney - Australia tak akan meninggalkan hubungan jangka panjang dengan Indonesia, salah satu rekan dagang terbesarnya. Itu merupakan tanggapan dari para ekonom dan pengusaha setelah eksekusi mati terhadap dua warga Australia di Indonesia pada Rabu (29/4/2015).

Padahal kini sosial media tengah ramai menyampaikan keberatannya terhadap eksekusi dua warga Australia yang terlibat penyelundupan obat-obatan terlarang, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Banyak warga Australia yang meminta pemerintahnya untuk segera melakukan aksi boikot pada Indonesia.

Melansir laman The Australian, Kamis (30/4/2015), Presiden Business Council of Australia, Catherine Livingstone menolak berspekulasi terhadap langkah yang mungkin diambil para pengusaha terkait kasus eksekusi mati tersebut.

Dia mengatakan, sektor bisnis memainkan peranan penting pada hubungan antar dua negara.

"Hidup harus berlanjut, begitu pula bisnis," katanya.

Twitter menjadi ruang bagi puluhan ribu kicauan warga Australia, menanggapi hukuman mati pada dua warganya. Lebih dari 5.000 kicauan mendorong pemerintah Australia untuk memboikot Indonesia dan melarang warganya berwisata ke Bali.

CEO Qantas Anal Joyce mengatakan maskapainya belum melihat bukti nyata penumpang Australia memboikot Indonesia sejauh ini.

"Itu merupakan keputusan pribadi dan bagaimana setiap orang memandang hukuman mati tersebut. Tapi sejauh ini belum ada tanda-tanda dari dampak eksekusi mati tersebut dan kami harap tak ada dampak signifikan pada operasi maskapai kami," terang Joyce.

Sementara itu, Managing Director Market Economics Setephen Koukoulas mengatakan, perdagangan antar kedua negara tak begitu signifikan, hanya sekitar US$ 11 miliar per tahun. Impor terbesar Australia dari Indonesia adalah minyak dan produk bahan bakar.

Sebaliknya, impor Indonesia dari Australia adalah jasa pendidikan, pariwisata dan sapi. Tapi Koukoulas mengatakan, aksi boikot Australia dapat menyebabkan dampak lebih besar seperti keinginan akan dukungan Indonesia untuk perkumpulan ekonomi insternasional seperti G20 dan APEC.

Perdana Menter Tony Abbott langsung memanggil pulang Duta Besar Australia di Indonesia meski mengatakan, dirinya tak akan memboikot Indonesia.

"Kami tak ingin membuat situasi sulit ini semakin buruk dan hubungan antara Australia dan Indonesia masih tetap penting, dan akan tetap penting, bahkan akan lebih penting seiring berjalannya waktu," kata Abbott.

Tapi Abbott yakin, hubungan kedua negara akan kembali membaik dan saling menguntungkan. (Sis/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya