Liputan6.com, Bogor - Ribuan buruh dari berbagai elemen akan turun ke jalan memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day pada 1 Mei 2015. Mereka berharap, semua buruh akan diliburkan agar bisa memperingati dan menyampaikan tuntutannya.
Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN) Nadi Harja mengatakan, sekitar 1.000 anggotanya yang akan turun ke jalan. Dan diperkirakan sekitar 6.000 buruh di Bogor akan turun ke jalan.
"Bila ada perusahaan yang masih beroperasi dan mempekerjakan di tanggal merah peringatan Hari Buruh, kami akan sweeping," kata Nadi Harja, di Bogor, Kamis (30/4/2015).
Selain unjuk rasa, dalam peringatan Hari Buruh, pihaknya juga akan melakukan kegiatan sosial kepada masyarakat dengan menggelar acara donor darah, bakti sosial, dan memberikan bantuan kepada pekerja yang tidak mampu.
"Jadi besok ada sebagian anggota yang ke Jakarta, selebihnya melakukan kegiatan sosial di Gedung Kesenian, Cibinong," ucap Nadi.
Ketua Serikat Pekerja Federasi Metal Indonesia wilayah Bogor Hendra menyatakan, akan mengerahkan sekitar 5.000 pekerja buruh metal se-Bogor untuk memperingati Hari Buruh. Ia pun meminta kepada polisi untuk tidak mencegah buruh yang akan bergabung ke Jakarta. "Kami akan aksi damai bukan aksi anarkis," kata Hendra.
Dalam aksi besok, ia akan menuntut pemerintah menghapus sistem kerja kontrak (outsourching) yang saat ini masih diterapkan di beberapa perusahaan metal di Indonesia. Selain itu, agar Pemerintah Daerah Bogor merealisasikan perumahan murah bagi buruh dan terjangkau dengan lokasi perusahaan.
Hendra melihat, dengan tersedianya rumah bagi buruh di sekitar lokasi perusahaan dapat menekan biasa transportasi.
Selanjutnya: Perusahaan Minta Buruh Tidak Anarki...
Perusahaan Minta Buruh Tidak Anarki
Perusahaan Minta Buruh Tidak Anarki
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia wilayah Kabupaten Bogor Nanda Iskandar meminta, para pekerja tidak melakukan aksi sweeping kepada perusahaan yang tetap beroperasi pada Jumat besok apalagi hingga berbuat anarkis.
Menurut Nanda, sejumlah pabrik yang berada di Bogor merupakan perusahaan tekstil yang pengoperasiannya harus 24 jam. Hal tersebut dikarenakan mesin pemintalan harus bergerak sistematis dan terus-menerus.
"Mesin pemintal hanya berhenti satu kali dalam satu tahun, itu pun untuk perawatan. Kalau berhenti sulit lagi menghidupkannya untuk itu pemintal tidak bisa berhenti, harus jalan terus," ujar Nanda di Bogor, Kamis (30/4/2015).
Nanda sudah memberitahu kepada perusahaan-perusahaan untuk tidak beroperasi dalam memperingati Hari Buruh. Namun demikian, ia tidak bisa memastikan perusahaan tersebut beroperasi atau tidak.
"Pasalnya kebutuhan perusahaan berbeda-beda dan saya yakin para buruh yang berkerja sudah menyepakatinya,” pungkas Nanda. (Mvi/Yus)
Advertisement