Liputan6.com, Jakarta - Musim 2014-2015 menjadi gelaran terakhir kompetisi bola basket tertinggi di tanah air, IndiHome NBL Indonesia. PT Deteksi Basket Lintas (DBL) selaku pengelola kompetisi memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak.
Commissioner NBL Indonesia yang juga bos PT DBL Azrul Ananda dalam jumpa pers Championship Series, Jumat (1/5/2015), memastikan pihaknya tidak akan menggelar NBL lagi di musim depan.
Advertisement
Kontrak PT DBL dengan PP Perbasi untuk menggulirkan NBL Indonesia telah habis Mei 2015. Azrul memilih tidak memperpanjang durasi kontrak sehingga musim ini akan menjadi edisi terakhir NBL yang sudah berlangsung 5 musim.
"Ini Championship Series terakhir di tangan PT DBL. Tadi kami melakukan pertemuan dengan seluruh klub. Terima kasih, kami telah diberi kepercayaan. Kontrak sudah berakhir. Kami mengembalikan pengeloaan kompetisi ke klub, " kata anak mantan Mentri BUMN, Dahlan Iskan itu.
"Saya yakin basket Indonesia tidak akan berakhir. Kami dulu diminta tim-tim untuk mengelola liga. Kalau kontrak habis, kami kembalikan lagi ke klub. Itu sudah tertulis sejak dulu."
Sejak mengelola NBL 2010 lalu, PT DBL berhasil mencapai prestasi membanggakan. Perusahaan pimpinan Azrul mampu menyulap kompetisi bola basket tertinggi di Indonesia yang sempat lesu dan vakum kembali bergairah. Bahkan, selalu ramai penonton di setiap serinya.
Sponsor pun berdatangan. PT DBL juga sukses menggelar kompetisi tanpa sponsor dari perusahaan rokok. IndiHome, Honda, Tolak Angin, Li-Ning hingga Safe Care menjadi penyokong NBL Indonesia musim ini.
Sejumlah gebrakan dilakukan seperti menyiarkan seluruh pertandingan via live streaming. Trofi untuk tim pemenang juga sangat istimewa karena merupakan karya pematung tersohor Indonesia, Nyoman Nuarta, dan berlapis emas. Musim ini pun NBL Indonesia berhasil digelar di 10 kota.
Karena terbilang sukses, klub-klub pun meminta Azrul untuk kembali menyelenggarakan NBL Indonesia. Namun permintaan tersebut ditolak karena alasan pribadi."Saya ingin istirahat dulu dari basket. Klub-klub menghargai keputusan saya, " terang Azrul.
Azrul puas dengan pencapaian PT DBL selama menggelola NBL Indonesia. Apalagi pihaknya mampu mengakhiri tanpa konflik.
"Kilas balik ke tahun 2010 awal. Kami sama sekali tidak memiliki bayangan mengelola liga pro. Kami didesak dan diminta tolong menyelamatkan basket Indonesia. Saya bertekad sampai 5 tahun tidak mengulangi cacat liga-liga sebelumnya. Tapi tidak terasa, sekarang sudah berakhir."
"Saya merasa kami belum pernah membuat kesalahan yang membuat klub kecewa. Tidak ada permusuhan. Kami meninggalkan kompetisi secara baik-baik," ucap Azrul menambahkan.
Kini siapa pengelola kompetisi bola basket tertinggi di Indonesia akan ditentukan klub-klub peserta. Yang jelas titel kompetisi musim depan kemungkinan besar akan berganti. "Nama NBL milik PT DBL. Kalau mau dipakai lagi harus ada kesepakatan, " kata Azrul.
Berakhirnya NBL Indonesia juga disesali pemain. "Sangat disayangkan ya. NBL sebenarnya jauh lebih baik daripada IBL (kompetisi sebelumnya). Semoga penggantinya bisa melanjutkan apa yang bagus-bagus yang dilakukan NBL," tutur bintang Satria Muda BritAma Rony Gunawan.