Liputan6.com, Jakarta - Saham-saham perbankan terutama saham bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) turun tajam pada pekan terakhir April 2015. Kinerja emiten perbankan yang tak sesuai harapan mendorong aksi jual di pasar saham.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sempat turun 7,14 persen ke level Rp 12.025 per saham. Lalu saham PT Bank Mandiri Tbk melemah 5,46 persen ke level Rp 11.250 per saham, dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk tergelincir 6,47 persen ke level Rp 6.500 per saham pada 27 April 2015.
Advertisement
Tekanan terhadap saham perbankan pun membuat pertumbuhan indeks sektor saham keuangan menjadi susut. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sektor saham keuangan pun hanya naik tipis 1,87 persen secara Year to Date (Ytd) ke level 745,36 pada 30 April 2015.
Kepala Riset PT Mandiri Sekuritas, John Rachmat menuturkan, tekanan terhadap saham perbankan dipicu oleh rilis kinerja tak sesuai harapan perlaku pasar. Padahal sektor perbankan merupakan salah satu barometer perekonomian. Perlambatan ekonomi yang terjadi mempengaruhi kinerja perbankan. Hal ini terlihat dari penyaluran kredit di bawah target pertumbuhan sekitar 15-17 persen pada 2015.
"Pertumbuhan kredit hanya 11 persen pada Januari. Lalu Februari hanya 12,2 persen. Target penyaluran kredit diharapkan mencapai 15 persen-17 persen pada 2015," kata John saat dihubungi Liputan6.com yang ditulis Minggu (3/5/2015).
Lalu bagaimana kinerja keuangan terutama bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di kuartal I 2015?
Dari empat saham bank BUMN yang tercatat di pasar modal Indonesia, hanya kinerja PT Bank Negara Indonesia Tbk dan PT Bank Tabungan Negara Tbk yang mencatatkan kinerja laba dan pendapatan di atas 10 persen pada kuartal I 2015.
PT Bank Negara Indonesia Tbk mencatatkan pendapatan tumbuh 15,26 persen menjadi Rp 6,09 triliun pada kuartal I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,28 triliun. Sementara itu, laba periode berjalan ke pemilik entitas induk tumbuh 17,73 persen menjadi Rp 2,81 triliun. Dengan kinerja itu mendorong laba per saham naik menjadi Rp 151 pada kuartal I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 128.
Selain itu, net interest margin (NIM) menjadi 6,5 persen dari posisi kuartal I 2014 sebesar 6,1 persen. Penyaluran kredit perseroan tumbuh 9,1 persen menjadi Rp 269,51 triliun pada kuartal I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 247,12 triliun.
Lalu PT Bank Tabungan Negara Tbk mencetak laba tahun berjalan naik 17,90 persen menjadi Rp 402,26 miliar pada kuartal I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 341,17 miliar. Hal itu didukung dari pendapatan tumbuh 10,85 persen menjadi Rp 3,46 triliun pada kuartal I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,12 triliun. Laba per saham pun naik menjadi 38 pada kuartal 2015 dari periode kuartal I 2014 di level 32.
Meski demikian, kinerja dua emiten bank BUMN ini tidak diikuti bank BUMN lainnya. PT Bank Mandiri Tbk hanya mampu mencatatkan laba naik tipis 4,8 persen menjadi Rp 5,36 triliun pada kuartal I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,12 triliun. Pendapatan naik 10,96 persen menjadi Rp 10,26 triliun. Meski kinerja melambat, laba per saham dilusi perseroan naik menjadi Rp 220,22 pada kuartal I 2015 dari periode sama tahun lalu Rp 211,05.
Kinerja laba Bank Mandiri ini melambat dipicu dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) naik menjadi 0,89 persen. Hal itu membuat perseroan menyiapkan provisi atau pencadangan sebesar Rp 1,5 triliun. Di sisi lain cost of fund perseroan naik 35,3 persen menjadi Rp 6,85 triliun.
Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk mencatatkan pendapatan naik 22,04 persen menjadi Rp 20,86 triliun pada kuartal I 2015 dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 17,09 triliun. Laba perseroan tercatat tumbuh 3,5 persen menjadi Rp 6,14 triliun pada kuartal I 2015. Melihat kinerja itu, laba per saham perseroan tumbuh menjadi Rp 249,03 pada kuartal I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 240,17 per saham.
Perseroan mencatatkan aset mencapai 31,1 persen menjadi Rp 781,2 triliun. Ekuitas naik 21,2 persen dari Rp 78,8 triliun menjadi Rp 95,5 triliun. Sedangkan total kredit yang sudah disalurkan oleh BRI mencapai Rp 472,9 triliun atau meningkat 9,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) pun tercatat sebesar 80,5 persen pada Maret 2015. Rasio kredit bermasalah (NPL) netto sebesar 0,6 persen dan gross sebesar 2,2 persen. Rasio kecukupan modal (CAR) tercatat sebesar 20,1 persen. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 587,7 triliun atau meningkat sebesar 25,04 persen dibanding posisi sama tahun 2014 sebesar Rp 470 triliun. (Ahm/)