Jembatan Hidup dari Anyaman Pohon yang Mengagumkan

Setelah ditumbuhkan dan dirawat selama bertahun-tahun, akar itu pun mencapai seberang sungai, dan kekutannya mampu menopang tubuh manusia.

oleh Indy Keningar diperbarui 08 Mei 2015, 13:39 WIB

Liputan6.com, Jakarta Adalah suku Khasi dari desa Meghalaya yang mempunyai ide cerdas menenun akar pohon membentuk struktur yang kokoh untuk menjadi sebuah jembatan.

Terletak di Timur laut India, dekat dengan perbatasan Madagaskar, Meghalaya merupakan bentangan hijau dari pegunungan berdaun dan hutan tropis tebal dengan guyuran hujan sepanjang tahun.

Air terjun jatuh dari atas lembah mengaliri sungai-sungai yang membelah rapatnya pepohonan. Namun, walau hujan membawa banyak berkah untuk mereka, bagi suku Khasi yang tinggal di dalam hutan, menyeberang lembah yang dibanjiri air saat hujan lebat merupakan tantangan.

Arus yang deras membuatnya tidak bisa dilewati berjalan kaki. Dulu mereka membangun jembatan bambu, yang hancur seketika akibat hujan deras, mengakibatkan penduduk terdampar.

 

.

Foto dok. Liputan6.com

 

Meghalaya yang serba hijau

Sekitar 180 tahun lalu, tetua Khasi menawarkan solusi. Akar pohon karet dipandu dalam buah pinang kopong untuh tumbuh mengarah ke seberang sungai. Setelah ditumbuhkan dan dirawat selama bertahun-tahun, akar itu pun mencapai seberang sungai, dan kekutannya mampu menopang berat tubuh manusia, menurut BBC.com, Jumat (8/5/2015).

Bisa mencapai 15 sampai 10 tahun untuk sulur-sulur yang kokoh dan sureal itu untuk mencapai seberang ke seberang. Namun pohon yang panjang usianya dan terus bertumbuh hanya memperkuat jembatan-jembatan itu, dimana bangunan itu tidak membutuhkan perawatan atau pembangunan kembali.

 

Foto dok. Liputan6.com

 

Foto dok. Liputan6.com

 

Jembatan ala double decker Umshiang bisa dibilang yang paling terkenal, dengan dua tingkat menyeberangi sungai Umshiang. Dibangun 180 tahun lalu, dan ditemukan di luar Nongriat, desa kecil yang bisa dicapai dengan berjalan kaki. Penduduk pun berniat menambahkan tingkat ketiga. Sayangnya, dalam 25 tahun terakhir aktifitas pembangunan jembatan hidup ini menurun. Penduduk moderen mulai beralih ke baja dan tambang untuk konstruksi jembatan-jembatan baru.

 

Foto dok. Liputan6.com

Jembatan double decker Umshiang

 

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya