Orgasme Saat Olahraga dan Tanpa Hubungan Intim, Bagaimana Bisa?

Terkadang ada perempuan yang bisa merasakan orgasme tanpa harus bercinta.

oleh Melly Febrida diperbarui 04 Mei 2015, 21:00 WIB
Latihan beban biasanya dilakukan pria. Namun, pada wanita yang melakukannya bisa bermanfaat untuk kehidupan seksualnya.

Liputan6.com, Jakarta Hubungan seksual selalu dihubungkan dengan orgasme (puncak kenikmatan). Tapi, terkadang ada perempuan yang bisa merasakan orgasme tanpa harus bercinta. Semisal, ada sejumlah perempuan bisa merasakan orgasme setelah jalan cepat. Ini dikenal dengan coregasm.

Selama ini penelitian mengungkapkan, orgasme yang dialami perempuan semata-mata akibat seks penetratif. Tapi, ada kalanya perempuan bisa merasakan orgasme melalui cara yang sulit dipahami.

Seksolog Alfred Kinsey yang pertama kali memperkenalkan konsep `Exercise-induced orgasms` (EIO) pada tahun 1950-an. Dan hampir 60 tahun kemudian, tim peneliti dari Universitas Indiana memutuskan membahasnya lagi.

Wakil Direktur Center for Sexual Health Promotion, Indiana University, Debby Herbenick, melakukan survei berbasis internet terhadap 530 wanita. Lebih dari setengah dari perempuan yang disurvei (yang berkisar di usia 18-63). Temuan yang telah dipublikasikan jurnal Terapi Hubungan Seksual mencatat, 124 perempuan mengaku mengalami orgasme (coregasm) selama bersepeda, mendaki gunung, yoga, latihan angkat beban, atau berjalan.

Survei tersebut menunjukkan, 9,6 persen wanita mengaku mampu "coregasm" dari jalan cepat saja.  Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Sexual and Relationship Therapy.

Peneliti memang tidak menjabarkan bagaimana perempuan bisa mengalami EIO. Namun, penulis mencatat  bahwa peneliti butuh lima minggu menemukan 370 wanita yang pernah mengalami kenikmatan seksual saat berolahraga. 


Tentang Coregasm

Berikut beberapa hal yang bisa Anda ketahui tentang coregasm (orgasme yang dipicu olahraga) seperti dilansir Alternet dan dikutip Salon, Senin (4/5/2015).

1. Latihan perut cara mudah mencapai coregasm

Sebanyak 45 persen dari wanita yang ikut penelitian Herbenick telah mengalami kenikmatan seksual saat berolahraga. Itu adalah saat otot perut makin kelihatan dan berada di posisi lebih rendah.

Alison Sadowy, ahli terapi fisik dasar panggul di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, mengatakan kepada Majalah Fitness, "Ketika Anda menekan perut Anda, Anda mungkin tidak sadar membuat otot panggul Anda juga berkontraksi untuk menstabilkan core Anda.

Tom Chen, pencipta the Smart Kegel Exercise Aid (SKEA), menegaskan, otot dasar panggul yang kuat bisa meningkatkan gairah dan meningkatkan sensasi, kualitas orgasme, dan pengalaman seksual.


Tak harus melakukan seks

2. Tak harus seks untuk orgasme

Selama ini cara lain untuk mencapai orgasme termudah saat sendirian adalah dengan masturbasi. Tapi, penelitian Herbenick menggambarkan bahwa kenikmatan seksual tanpa pasangan bisa terjadi dengan berbagai macam cara. Hal ini juga menunjukkan kesenangan seksual wanita dapat terjadi di luar konteks seksual.

"Banyak wanita dalam penelitian kami menunjukkan bahwa mereka bahkan tidak berpikir tentang seks [pada saat itu]," kata Herbenick.

Psikolog Klinis Lori Brotto mengatakan pada Crossfit Journal bahwa latihan meningkatkan saraf simpatis aktivitas sistem dan telah terbukti bisa meningkatkan gairah seksual. "Bagi wanita yang mudah orgasme, [latihan] mungkin cukup mendorong kegiatan simpatik mereka yang mengarahkan mereka untuk mengalami orgasme. "


Jarang dibahas

3. Coregasm sudah ada lama tapi jarang dibahas 

Alfred Kinsey, yang sering digambarkan sebagai The Father of the Sexual Revolution mengenalkan pertama kali konsep orgasme akibat latihan pada tahun 1953. Dalam buku Sexual Behavior in the Human Female, ia melaporkan sekitar 5 persen wanita yang diteliti mengalami orgasme saat berolahraga. 

4. Juga bisa terjadi pada pria

Pelatih pribadi Bret Contreas dan Dean Somerset menguji kembali fenomena coregasm selama pertemuan puncak kebugaran di Kansas City. Menurut Somerset. Coregasm tak lagi hanya pada wanita.

"Pria melaporkan kejadian serupa, tapi mekanismenya berbeda karena anatomi yang berbeda. Teori saya adalah hal itu terjadi melalui stimulasi prostat, tapi itu bukan sesuatu yang sudah kami teliti secara mendalam seperti yang sebelumnya."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya