Liputan6.com, Jakarta Edisi pertama novel 'One Hundred Years of Solitude' yang ditandatangani pengarang asal Kolombia, Gabriel Garcia Marquez dicuri. Buku tersebut dipamerkan dalam lemari terkunci pada International Book Fair di ibukota negara itu, Bogota.
Pekan buku yang ditutup Senin kemarin didedikasikan kepada Garcia Marquez yang meninggal tahun lalu pada usia 87 tahun. Novel tersebut diperkirakan bernilai US$ 60.000 atau Rp 780 juta, tetapi pemiliknya mengatakan baginya buku tersebut tidak ternilai.
Seperti dilansir BBC, Selasa (5/5/2015), barang tersebut hilang pada Sabtu sore lalu dari lemari terkunci pada pusat pameran Corferias di Bogota, tempat dimana novel ini dijadikan bagian dari pameran buku.
Gabriel Garcia Marquez, pemenang Hadiah Nobel Sastra tahun 1982, adalah pengarang paling terkenal Kolombia. Kematiannya di Meksiko bulan April tahun lalu menyebabkan peningkatan nilai edisi pertama novelnya.
Alvaro Castillo, pedagang buku langka yang menjadi pemilik buku tersebut, mengatakan dia membeli edisi pertama tahun 1967 itu di sebuah toko buku ibukota Uruguay, Montevideo pada tahun 2006.
Garcia Marquez kemudian menandatangani kopinya dan mendedikasikannya kepada Castillo dengan kata-kata, "Kepada Alvaro Castillo, penjual buku tua, kemarin dan selamanya, sahabatmu, Gabo".
Terjual Lebih 10 Juta Eksemplar
Marquez yang lahir 6 Maret 1928 adalah seorang novelis, jurnalis, penerbit, dan aktivis politik Kolombia. Ia dilahirkan di kota Aracataca, namun sebagian besar hidupnya dihabiskan di Meksiko dan Eropa.
Mendiang dipandang sebagai tokoh utama dari gaya sastra yang dikenal sebagai realisme magis. Ia memulai karier sebagai wartawan untuk harian El Espectador. Kemudian, ia bekerja sebagai koresponden asing di Roma, Paris, Barcelona, Caracas, dan New York City.
Novelnya yang paling terkenal, One Hundred Days of Solitude atau Seratus Tahun Kesunyian (Cien años de soledad) terbit pada 1967. Buku ini telah terjual lebih dari 10 juta eksemplar.
Novel ini mengisahkan kehidupan sebuah desa Amerika Selatan yang terasing di mana kejadian-kejadian aneh digambarkan sebagai hal-hal yang biasa. Cerita ini mengandung kenyataan yang magis. Namun, lebih dari itu, juga merupakan sebuah refleksi filsafati tentang hakikat waktu dan keterasingan. (Ado)
Advertisement