Jadi Produsen Terbesar, Olahan Rumput Laut RI Kalah dari China

Hal ini karena industri pengolahan rumput laut di dalam negeri kesulitan mendapatkan pasokan rumput laut.

oleh Septian Deny diperbarui 05 Mei 2015, 09:30 WIB
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Kendati menjadi penghasil rumput laut terbesar di dunia, produk olahan rumput laut Indonesia justru masih kalah jauh dibandingkan dengan China.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (Astruli) Sasmoyo S Boesari mengatakan, hal ini karena industri pengolahan rumput laut di dalam negeri kesulitan mendapatkan pasokan rumput laut.

"Kita merupakan penghasil rumput laut terbesar di dunia, tetapi secara fakta industri dalam negeri kalah bersaing dengan perusahaan luar negeri untuk mendapatkan bahan baku disebabkan kalah dalam persaingan harga," ujarnya di Jakarta, seperti ditulis Selasa (5/5/2015).

Menurutnya, China menjadi negara yang mendapat pasokan rumput laut Indonesia paling banyak. Sekitar 70 persen hingga 80 persen bahan baku rumput laut yang diolah di China berasal dari Indonesia.

"China bisa dikatakan 70 persen hingga 80 persen import rumput laut dari Indonesia sebagai bahan baku. Dengan kebijakan mereka sudah dapat mempengaruhi peta market dunia," lanjut dia.

Hal ini karena pemerintah negeri tirai bambu tersebut memberikan beragam stimulus dan insentif kepada industrinya sehingga mampu membeli rumput laut dengan harga yang lebih mahal dibanding daya beli industri di dalam negeri.

"Para pengusahanya mendapatkan stimulus sekaligus insentif dari negara mereka dari 15 persen hingga 35 persen. Hal tersebut menyebabkan industri dalam negeri harus berjuang keras untuk membeli bahan baku," katanya.

Hal ini yang menyebabkan industri pengolahan rumput laut di dalam negeri tidak bisa berkembang dengan baik. Pemerintah diminta segera turun tangan untuk mengatasi hal ini.

"Hal inilah yang juga menyebabkan tidak berkembangnya rifenary rumput laut di Indonesia. Di era globalisasi saat ini investasi bisa tidak terkendali dan semua investor bisa masuk sedangkan industri dalam negeri penguatannya belum siap," tandas dia. (Dny/Nrm)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya