Tangis Bomber Boston Pecah Saat Sidang

Dzhokar pun menghapus air mata dengan tisu, ketika menyaksikan sang bibi, Patimat Suleimanova menangis saat memberikan kesaksian.

oleh Liputan6 diperbarui 05 Mei 2015, 14:09 WIB
Dzhokar Tsarnaev, bomber Boston. (BBC)

Liputan6.com, Boston - Terdakwa kasus bom Maraton Boston Dzhokhar Tsarnaev menangis dalam persidangan, ketika keluarganya meminta kepada para juri untuk menyelamatkan hidupnya.

Juri yang akan memutuskan apakah pria berusia 21 tahun ini dikenakan hukuman mati atas perannya melakukan pengeboman bersama saudaranya. Atau,penjara seumur hidup.

Tsarnaev luluh ketika mendengarkan seorang bibinya memberikan kesaksian pada Senin 4 Mei 2015 waktu setempat. Matanya basah, air matanya mulai berlinang.

 "Bibi Tsarnaev, Patimat Suleimanova, menangis dan hanya dapat menjawab beberapa pertanyaan dasar tentang terdakwa," demikian diberitakan BBC, Selasa (5/4/2015).

Hakim George O'Toole Jr pun menyarankan Suleimanova turun dari kursi saksi, untuk menenangkan dirinya. Sementara Dzhokar pun menghapus linangan air matanya dengan tisu ketika menyaksikan peristiwa itu.

Kuasa hukum Dzhokar mengaku klliennya memainkan peran dalam serangan tersebut, tetapi atas paksaan kakak laki-lakinya Tamerlan.

Tamerlan Tsarnaev tewas ditembak ketika polisi mengepung tempat persembunyiaannya setelah ledakan bom terjadi.

Lima anggota keluarga -- tiga sepupu dan dua bibi -- menjadi saksi pada persidangan tersebut. Keluarga mengatakan tidak pernah bertemu dengan Dzhokhar Tsarnaev sejak dia pindah dari Chechnya ke AS pada usia 8 tahun.

Seorang sepupunya mengatakan kepada pengadilan, bahwa Tsarnaev merupakan seorang anak yang lembut dan bahkan menangis ketika menonton film The Lion King.

3 Orang tewas dan lebih dari 260 luka-luka ketika 2 bom meledak di dekat garis finish lomba maraton yang digelar di Boston, Amerika Serikat pada 15 April 2013.
 
Pelakunya, duo bomber bersaudara Tamerlan dan Dzhokar Tsarnaev. Dzhokhar ditangkap pada 19 April 2013 setelah petugas menemukan dia bersembunyi di perahu yang berlabuh di Watertown, Massachusetts.
 
Sedangkan Tamerlan Tsarnaev tewas pada malam setelah baku tembak dengan polisi.
 
Dzhokar yang mengaku tak bersalah atas 30 jenis kejahatan yang terkait dengan serangan tersebut, terancam hukuman mati jika terbukti bersalah. (Tnt/Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya