Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan bahwa isu-isu terkait kenaikan harga energi, kenaikan upah minimum provinsi (UMP) dan pelemahan nilai tukar rupiah tidak menjadi penghalang bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Kepala BKPM Franky Sibarani mencontohkan, rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang dilakukan oleh pemerintah pada bulan ini tidak otomatis membuat investor dari semua sektor menahan investasinya. Menurutnya, hanya beberapa sektor saja yang masih akan mempertimbangkan investasinya akibat kenaikan tersebut.
"Untu industri pengolahan yang cukup tinggi cost-nya itu kan bahan baku (bukan energi). Jadi sektornya dimana dulu. Seperti sektor mamin (makanan dan minuman) naik, industri berbasis tambang naik besar. Hanya baja sedang berhenti karena harga baja murah," ujarnya di Kantor BKPM, Jakarta, Selasa (5/5/2015).
Sementara itu, terkait maraknya tuntutan kenaikan UMP, Franky menilai bahwa hal tersebut tidak realistis untuk saat ini. Pasalnya kondisi ekonomi Indonesia dinilai tengah mengalami pelemahan.
"Tuntutan itu kami melihat dalam situasi ini itu tidak terlalu realistis. Pertumbuhan melemah, daya beli melemah, kemudian kita menuntut lebih. Harusnya yang didorong adalah kesempatan kerja yang lebih luas. Kemudian keberlangsungan proses industri," lanjutnya.
Menurut dia, yang paling penting saat ini sebenarnya adalah bagaimana menjaga agar industri yang ada tetap berproduksi sehingga tenaga kerja yang ada tidak kehilangan pekerjaan dan industri bisa terus mengembangkan investasinya.
"Jadi kita sebenarnya harus mendorong bagaimana industri minimal yang ada tetap berproduksi," kata dia.
Sedangkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang masih berlangsung hingga saat ini, Franky menyatakan hal tersebut berpengaruh besar pada minat investasi. Pasalnya, dari empat negara yang memiliki ketertarikan tinggi untuk berinvestasi di Indonesia, dia satu pun yang menggunakan dolar AS.
"Saya sudah tanya banyak ke investor, rupanya tren kita masuk kesini 4 negara terbesar investor kita seperti Cina, Taiwan, Korea, dan Jepang, mereka tidak menggunakan uang dolar, jadi mereka tidak terpengaruh baik anjloknya kurs maupun saham. Mereka cenderung stabil," tandasnya. (Dny/Ndw)
3 Hal Ini Rupanya Tak Pengaruhi Minat Investasi di RI
Isu kenaikan harga energi dan UMP serta pelemahan nilai tukar rupiah tidak menjadi penghalang bagi investor untuk tanam uang di RI.
diperbarui 05 Mei 2015, 15:58 WIBIlustrasi Investasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
350 Quote Galau Menyentuh Hati untuk Ungkapkan Perasaan
Rekap Hasil Quick Count Terkini Pilkada Sumut, Bobby-Surya Unggul
350 Quote Attitude untuk Pengembangan Diri, Tumbuhkan Sikap Positif
Pilgub Jakarta 2024 Berjalan Kondusif, KPU: Hasil Resmi Dihitung Berjenjang
TPS Terendam Banjir, Masyarakat Rokan Hulu Tetap Antusias Salurkan Hak Suara
Rupiah Ambles Jelang Libur Nataru, Jumlah Wisatawan Bakal Berkurang?
Honda Gandeng Scooter, Luncurkan 2 Skuter Listrik untuk Pasar India
Gencatan Senjata Perang Israel di Lebanon, Warga Klaim Kemenangan dan Ini yang Dilakukan Hizbullah
Penyebab Mengapa Gula Darah Naik di Pagi Hari
Badai Salju di Korea Selatan, Ratusan Penerbangan Dibatalkan
KPU DKI Evaluasi Angka Partisipasi Pemilih Menurun di Pilgub Jakarta 2024
Jennifer Coppen Cuma Berteman dengan Justin Hubner, Ibunda Dede Yusuf Meninggal