Liputan6.com, New York - Harga minyak naik ke level tertinggi sejak Desember 2014 setelah stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS) turun untuk pertama kalinya dalam empat bulan terakhir, meskipun keuntungan dibatasi oleh peningkatan pasokan bensin.
Mengutip Bloomberg, Kamis (7/5/2015), West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni naik 53 sen atau 0,9 persen menjadi US$ 60,93 per barel di New York Mercantile Exchange. Level tersebut merupakan level tertinggi sejak 10 Desember 2014.
Sedangkan harga minyak Brent untuk pengiriman Juni naik 25 sen menjadi US$ 67,77 per barel di London ICE Futures Europe exchange. Harga tersebut merupakan level tertinggi sejak 5 Desember 2014.
Kenaikan harga minyak tersebut setelah Departemen Energi Amerika Serikat mengumumkan bahwa pasokan minyak mentah di negara tersebut mengalami penurunan sebesar 3,88 juta barel pada pekan lalu.
"Kami melihat telah terjadi keseimbangan baru antara harga minyak dan pasokan baik di Amerika maupun pasar global," jelas Kepala Riset Societe Generale SA, New York, Amerika Serikat, Mike Wittner.
Persediaan minyak mentaj di Cushing, Oklahoma, AS turun 12 ribu barel menjadi 61,7 juta barel. Selain itu, impor minyak mentah juga turun 905 ribu barel per hari menjadi 6,54 juta barel pada pekan lalu. Level impor tersebut merupakan terendah sejak Mei 2014.
Sedangkan jumlah kilang yang beroperasi di Amerika naik menjadi 93 persen dari kapasitas yang ada pada minggu lalu jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya yang berada di level 91,3 persen.
Kenaikan harga minyak juga dipicu oleh sentimen dari Libya. Protes yang terjadi di negara tersebut membuat distribusi minyak mentah di Libya terhenti ke pelabuhan Zuetina di Libya Timur. Selain itu, Arab Saudi menaikkan harga jual secara resmi sehingga mencerminkan reli harga untuk persaingan dalam beberapa pekan terakhir.
Sentimen lainnya didorong dari dolar AS melemah seiring data ekonomi AS bervariasi. Baru-baru ini ada rilis neraca perdagangan AS yang semakin melebar.
Negara penghasil minyak yang tergabung dalam OPEC akan bertemu pada Juni 2015 untuk membicarakan kebijakan produksi. Analis melihat itu sebagai kesempatan bagi anggota untuk menahan produksi minyak. (Gdn)
Harga Minyak Sentuh Rekor Tertinggi Sejak Desember 2014
West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni naik 53 sen atau 0,9 persen menjadi US$ 60,93 per barel di New York Mercantile Exchange.
diperbarui 07 Mei 2015, 06:21 WIBSebagai industri yang padat modal dan berisiko tinggi, sektor hulu minyak dan gas bumi sangat membutuhkan iklim investasi yang mendukung.
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Jelang Nataru 2025, ASDP Ketapang Siapkan 57 Armada Kapal
Badai Cedera Hantam Arsenal, Hadapi Laga Krusial Tanpa Kehadiran Bukayo Saka
Gelar Acara Pendidikan, Upaya Koperasi Karya Praja Sejahtera Cilegon Tingkatkan Kompetensi Anggota
Bangga, Pembalap Sepeda Indonesia Satu Race dengan Pembalap Legenda Dunia Mark Cavendish
Ridwan Kamil Ditemani Maruarar Sirait, Teken Pakta Integritas dengan Kelompok Multietnik Jakarta
Pupuk Kaltim Andalkan SNI Demi Tingkatkan Daya Saing Global
Mendag Budi Lepas Ekspor Produk Furnitur Senilai USD70.000 ke AS dan Prancis
Portofolio Green Loan BNI Tumbuh Double Digit Sejak 2021
Anggota Kongres AS Sambut Baik Surat Penangkapan Benjamin Netanyahu, Biden Marah-Marah
DP3AP2KB Kota Cilegon Kumpulkan Calon Pengantin Sebagai Upaya Cegah Stunting Sejak Dini
Pastikan Layanan Prima, Pertamina Patra Niaga Gencar Inspeksi ke SPBU
BTN Komitmen Terapkan ESG di Semua Lini Bisnis, Ini Buktinya