Liputan6.com, Jakarta -
Awal pekan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal-I 2015 mencapai level 4,7 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan ekspektasi para analis.
"Tidak bisa dipungkiri, perlambatan pertumbuhan ekonomi global ikut menyeret perekonomian lokal," terang Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro di acara Institute of International Finance (IIF) Asia Summit di Jakarta, Kamis (7/5/2015).
Tak hanya Indonesia, China juga mencatatkan pertumbuhan ekonomi 7 persen pada kuartal - I 2015. Padahal, China sempat menikmati pertumbuhan ekonomi double digit sebelum akhirnya melemah.
Harga minyak yang terus menurun sejak pertengahan tahun lalu ikut menekan harga komoditas di berbagai negara produsen termasuk Indonesia. Pemulihan data ekonomi AS juga menguatkan dolar dan menyebabkan depresiasi rupiah.
Perlambatan volume ekspor juga menjadi salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama.
Selain itu, konsumsi pemerintah yang terbilang masih rendah karena adanya reorganisasi di sejumlah kementerian juga ikut menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Indonesia.
"Lagipula pada kuartal pertama, banyak proyek infrastruktur yang belum berjalan. Tapi sekarang berbagai proyek sudah dimulai termasuk pembangunan 1.000 rumah, ground breaking tol Sumatera, yang dapat meningkatkan belanja pemerintah," terang dia.
Dalam beberapa kuartal ke depan, dengan adanya pemilihan kepala daerah, natal, dan liburan akhir tahun, Bambang berharap nilai konsumsi akan meningkat, begitu juga dengan pendapatan negara.(Sis/Nrm)