BNP2TKI Latih TKI Purna Produksi Batik

BNP2TKI terus melebarkan pemberdayaan bagi TKI Purna. Salah satu caranya dengan memberi pelatihan produksi batik bagi para mantan TKI.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 08 Mei 2015, 13:18 WIB
BNP2TKI terus melebarkan sektor pemberdayaan bagi TKI Purna. (Foto: Humas BNP2TKI)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) terus melebarkan sektor pemberdayaan bagi TKI Purna. Dari kelanjutan pilot project Integrasi Pemberdayaan TKI Purna yang telah dilaksanakan di beberapa kabupaten, BNP2TKI pada 6-7 Mei 2015 di Sragen, Jawa Tengah, menggelar pelatihan produksi batik.

Pelatihan ini bekerjasama dengan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) Syariah. "50 TKI Purna mengikuti pelatihan terintegrasi dari BNP2TKI berupa produksi batik," kata Manajer Umum GKBI, Muhammad Ali, Jumat (8/5).

Integrasi pemberdayaan yang menjadi pilot project BNP2TKI ini meliputi tiga hal yakni; membentuk dan mengorganisir kelompok Purna TKI melalui mitra lokal, memberikan pelatihan praktek usaha yang akan terfasilitasi oleh professional business/off taker, dan memfasilitasi akses permodalan melalui lembaga keuangan bank atau non bank.

BNP2TKI terus melebarkan sektor pemberdayaan bagi TKI Purna. (Foto: Humas BNP2TKI)

Mitra bisnis profesional untuk pelaksanaan integrasi pemberdayaan di Sragen ini, GKBI Syariah menyatakan keinginannya untuk membangkitkan kembali produksi batik di daerah-daerah melalui entitas pekerja produsen batik, di mana TKI Purna dapat menjadi salah satu sasarannya.

"GKBI Syariah memfasilitasi pembelian produk yang diproduksi oleh para entitas di setiap daerah tersebut kepada mitra GKBI yaitu: batik fractal, gallery GKBI, lumbung batik, dan lainnya selama memenuhi standar yang diberikan," ujarnya.

Di samping itu, kata dia, nantinya akan ada fasilitasi pembiayaan modal kerja berupa kain mori kepada produsen ini.

Anjani Amitya Kirana dari Tenaga Profesional BNP2TKI mengatakan, dengan adanya integrasi pemberdayaan ini TKI Purna bisa mandiri secara finansial, ekonomi dan sosial.

"Sehingga tidak kembali ke negara penempatan hanya sebagai tenaga kerja (hard skill) tetapi sebagai pengusaha," katanya. (Amd/Ndw)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya