Eks Dubes RI untuk Korut: Penyatuan 2 Korea Tak Boleh Lama-lama

Menurut Duta Besar RI untuk Korea Utara Nasri, masyarakat Korea punya keinginan yang kuat untuk bersatu.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 08 Mei 2015, 15:30 WIB
Gedung Kementerian Luar Negeri.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Duta Besar RI untuk Korea Utara (Korut), Nasri Gustaman angkat bicara soal peluang reunifikasi dua Korea. Dia mengatakan peluang tersebut tetap ada.

Menurut Nasri, masyarakat Korea punya keinginan yang kuat untuk bersatu.

"Keinginan keduanya sangat kuat, cuma memang harus segera tidak boleh berlama-lama," kata Nasri di Gedung Nusantara Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Jumat (8/5/2015).

Jika penyatuan dilaksanakan berlama-lama, lanjut Nasri, maka keadaan bisa berubah. Nasri bahkan melihat kaum muda di Korsel juga sudah mulai luntur keinginan untuk bersatu dengan saudara tuanya, Korut.

"Dari Korsel sendiri kan pemudanya sudah tidak berkeinginan untuk itu (bersatu), ada faktor yang akan mengganjal," sambung dia.

Oleh sebab itu, meski yakin, dia memprediksi penyatuan tidak akan dapat terjadi sekarang. Karena sejumlah masalah politik menjadi penghalang penyatuan Korsel (Korea Selatan)-Korut.

"Ini memang sulit. Sekarang ini belum bisa karena kendala politik. Tapi memang mereka satu bangsa punya sejarah dan kebudayaan yang sama, terbelahnya bukan atas kemauan mereka. Tapi atas kemauan kekuatan yang di luar," tukas Nasri.

Nasri juga mengungkapkan, saat ini Korut ternyata menjajaki beberapa peluang kerjasama dengan RI. Salah satu pontensi kerjasama yang tengah dirundingkan kedua negara adalah di bidang pendidikan. Jika disepakati, kerjasama tersebut akan melibatkan dua universitas besar di Korut dan Indonesia.

"(Kerjasama pendidikan) itu sedang dijajaki, sudah ada draft nanti ujung-ujungnya ada draft kerjasama antar dua universitas ini antar Universitas kim il sung dan UI," sebut Nasri.

Nasri mengatakan, perwujudan nyata kerjasama pendidikan ada dalam hal pertukaran tenaga pengajar kedua pihak. Baik dari Indonesia mau pun juga Korut. (Tnt/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya