Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan pertumbuhan kredit 15 persen-17 persen pada 2015. Akan tetapi, target tersebut diperkirakan tidak tercapai.
Ekonom dari Universitas Atmajaya A Prasetyantoko menjelaskan tak tercapainya target tersebut lebih disebabkan karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang juga mengalami perlambatan di kuartal I 2015.
Advertisement
"Pertumbuhan kredit saya kira pada kisaran 12 persen. Target OJK sekitar 15-17 persen. Menurut saya 12 persen, dan maksimum 14 persen," kata Prasetyantoko di Gedung Bank Indonesia, Jumat (8/5/2015).
Ia menjelaskan, penyaluran kredit ke sektor korpoasi masih mengalami tekanan terutama di bisnis pertambangan. Sedangkan sektor properti masih akan jadi penopang kredit. Meski demikian, sektor properti masih mengalami perlambatan jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Di kesempatan terpisah, Plt Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan juga membenarkan pernyataan Prasetyantoko tersebut.
Fauzi bahkan memperkirakan pertumbuhan kredit pada kuartal II masih akan stagnan. Penyaluran kredit tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan di periode tiga bulan awal di 2015.
"Mungkin di kisaran sama, baru di semeseter II akan naik di perkirakan dengan pemulihan pertumbuhan ekonomi dengan penyaluran dana APBN yang lebih besar," kata Fauzi.
Berdasarkan statistik perbankan Indonesia yang diterbitkan OJK, hingga Februari 2015 bank-bank menyalurkan kredit senilai Rp 3.698 triliun atau naik 0,84 persen dibandingkan Januari 2015 yang mencapai Rp 3.667 triliun. (Yas/Ahm)