Liputan6.com, Jakarta - Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya mencapai 4,71 persen di kuartal I 2015 membuat sejumlah kalangan kecewa. Hal itu membuat sejumlah kalangan menilai perlu ada perombakan/reshuffle terutama tim atau menteri ekonomi Kabinet Kerja di pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil menganggap wajar jika masyarakat dan kalangan lain tidak puas dengan kinerja tim ekonomi Kabinet Kerja merujuk pada pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia tiga bulan pertama ini.
Advertisement
"Kalau orang yang tidak puas wajar, karena pertumbuhan ekonomi cuma 4,71 persen di kuartal I 2015," ucap Sofyan di kantornya, Jakarta, Jumat (8/5/2015).
Namun dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rendah itu karena perlambatan ekonomi dunia dan regional. Di kawasan ASEAN, tambah Sofyan, pertumbuhan ekonomi tinggi akan dinikmati Vietnam dan Filipina.
"Pertumbuhan ekonomi Vietnam ditopang dari basis industri kecil dan Filipina dari besaran remitance yang diterima dari tenaga kerjanya di luar negeri. Tapi Filipina mengirimkan tenaga kerja terlatih," tegas Sofyan.
Apabila reshuffle merupakan jalan terbaik dan nasib itu menimpanya, Sofyan mencoba bersikap santai. "Saya termasuk yang disuruh reshuffle ya. Tidak ada masalah biar Presiden yang menilai karena reshuffle adalah hak prerogratif Presiden," kata dia.
Dia mengaku, menjadi seorang Menteri adalah sebuah kehormatan. Sambungnya, Menteri mengemban amanah dan tanggung jawab luar biasa untuk negara ini sehingga seorang Menteri dituntut bekerja keras.
"Gaji memang kecil. Beruntung selama lima tahun lalu saya tidak jadi menteri, tapi gaji saya besar sekali karena bekerja di mana-mana. Menjadi Menteri sebuah kehormatan, dan saya percaya jadi Menteri hari ini pun karena garis tangan," kata Sofyan Djalil. (Fik/Ahm)