‎Menko Sofyan: RI Sulit Kembali Gabung di OPEC

Indonesia berkeinginan kembali masuk sebagai anggota OPEC.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 08 Mei 2015, 20:45 WIB
Sofyan Djalil  (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Sofyan Djalil (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia berkeinginan kembali masuk sebagai anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). ‎Ambisi tersebut dinilai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil sangat sulit mengingat Indonesia kini menjadi salah satu pengimpor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) terbesar.

"‎Kalau kita tidak punya produk, saya pikir sangat sulit buat kita," ujar Sofyan saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (8/5/2015).

Dia mengatakan, tergabung dalam forum internasional seperti OPEC mempunyai keuntungan bagi Indonesia termasuk dapat memberi pandangan dan masukan terkait perkembangan produksi maupun harga minyak dunia. Sayangnya, kondisi Indonesia saat ini berbeda karena cadangan minyak bumi semakin menipis.  

"Barangkali sebenarnya kita masih ekspor, tapi ekspor kita lebih kecil dari impor. Sekarang saja produksi minyak Indonesia sekira 800 ribu barel per hari‎, tapi kan enggak semua dipakai di dalam negeri," terang Sofyan.

Sebelumnya, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapkan, tujuan Indonesia menjadi anggota OPEC agar bisa mengikuti perkembangan pasar. Selama ini, Indonesia sangat ketinggalan terkait informasi harga minyak dan gas dunia.

"Saya juga sedang pertimbangkan, ingin kembali aktif dalam OPEC. Karena kita keluar, dinamika pasar kita tidak tanggap dengan cepat," kata Sudirman.

Jika Indonesia menjadi pengekspor minyak dapat menutup terjadinya praktik spekulan dalam pengadaan minyak untuk Indonesia. Pasalnya, sebagai pembeli akan semakin dekat dengan penjual.

"Itu bagian dari menutup celah, karena muncul jarak pembeli dan penjual lebar. Kita mendekat," tuturnya.

Menurut Sudirman, Indonesia masih layak menjadi anggota OPEC karena meski produksi migasnya menipis Indonesia masih sedikit mengekspor hasil minyaknya.

Dia mengungkapkan, meski sudah tak lagi menjadi anggota, Indonesia masih diundang dalam pertemuan negara pengekspor minyak. Untuk tahap awal keanggotaan, Indonesia akan menjadi peninjau.

"Kita akan mohon supaya jadi peninjau dulu, supaya kita bisa berinteraksi dengan market. Jadi tidak salah amat kalau jadi anggota. Berada di market dan interaksi dengan produsen besar harus dilakukan," pungkasnya.  (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya