Liputan6.com, Jakarta Apa yang dipendam mantan atlet peraih medali emas di bidang decathlon (dasalomba), yang kini menjadi bintang reality show, Bruce Jenner selama puluhan tahun akhirnya ia ungkapkan di hadapan publik lewat wawancara intim bersama Diana Sawyer di stasiun televisi ABC News beberapa minggu lalu. Sejak saat itu, ia mengumumkan kepada dunia bahwa meski secara fisik ia pria, jiwanya adalah seorang perempuan.
"I am a woman," tuturnya kepada Sawyer.
Media-media Barat pun menyebut sosok Bruce Jenner sebagai transgender. Benar tidaknya Bruce Jenner seorang transgender kita tidak mengetahuinya pasti, namun mari kita kulik mengenai apa itu transgender.
Transgender dalam dunia medis dikenal dengan gender identity disorder. Namun pada Mei 2013, di Amerika Serikat istilah tersebut direvisi karena mendapat protes dari lembaga sosial masyarakat serta kaum transgender. Sehingga istilah gender identity disorder kemudian diubah gender dysphoria seperti diungkapkan oleh dokter spesialis kesehatan jiwa, Andri dari RS OMNI Alam Sutera saat dihubungi Health-Liputan6.com pada Senin (11/5/2015).
Menurut dokter Andri, gender dysphoria, yang dalam artikel ini akan ditulis sebagai transgender, adalah orang yang tubuhnya berada pada jenis kelamin yang salah. Misalnya seseorang terlahir sebagai laki-laki namun ia merasa bahwa dirinya adalah perempuan dan sebaliknya.
"Ini memang suatu gangguan mengenai identitas diri," ungkap psikiater yang mengambil pendidikan spesialis Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Orang yang mengalami transgender biasanya sudah merasakan ketidaknyaman atau kebingungan identitas sejak kecil. Misalnya bila dia secara fisik laki-laki namun ia cenderung nyaman menggunakan pakaian perempuan atau sebaliknya.
"Namun semakin jelas saat anak mengalami pubertas. Perkembangan hormon semakin matang membuat orang-orang ini semakin kelihatan arahnya. Ketika ia cowok ingin menjadi cewek, ia akan makin feminin atau sebaliknya," ungkap dokter Andri.
Kasus transgender memang ada, namun jarang terjadi. Menurut dokter Andri, sekitar 0,005 persen hingga 0,014 persen laki-laki dan 0,002 - 0,003 persen perempuan mengalami hal ini berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5 dari American Psychiatric Association tahun 2013.
Meski jarang, kasus ini bukan kasus main-main. Perlu serius ditangani oleh para ahli.
Kala merasa identitasnya berada di jenis kelamin yang salah, inilah alasan bagi seorang transgender melakukan operasi plastik. Menyesuaikan keinginan identitas dengan jenis kelaminnya. Namun sebelum sampai pada perubahan jenis kelamin, dibutuhkan ahli tepat untuk melakukan diagnosis.
Penyebab seseorang menjadi transgender masih menjadi kontroversi. Banyak ahli yang mengatakan ini terkait psikologis tapi ada juga yang berkata tidak seperti itu.
" Ada yang mengatakan masalah bawaan biologis. Seperti ada penelitian yang menyebutkan ini disebabkan sistem saraf di otak, bukan terkait lingkungannya," ungkap dokter Andri.
Yang pasti, faktor ekonomi bukan alasan yang membuat seseorang ingin berganti identitas seperti ditegaskan dokter Andri.
Untuk bisa menegakkan diagnosis bahwa seseorang tersebut adalah memang benar seorang transgender, psikiater butuh waktu yang tak bisa ditentukan lamanya.
"Tidak ada patokan, konsultasi yang dilakukan oleh seorang pasien tidak bisa satu kali. Tidak bisa langsung. Butuh proses untuk mengetahui apakah pasien ini benar-benar yakin bahwa identitas diri berbeda dengan jenis kelamin yang dimilikinya," terang dokter Andri.
Dokter Andri menegaskan bahwa pasien ini harus terus menerus diberikan pendampingan psikater.
Untuk bisa menegakkan seseorang transgender atau tidak, psikiater harus yakin tidak boleh ragu sedikit pun seperti ditambahkan dokter spesialis kesehatan jiwa sekaligus seksolog Naek L. Tobing saat ditemui pada Jumat (8/5/2015).
"Mesti pasti 100 persen, tidak boleh ragu sedikitpun dalam memberikan diagnosis. Menukar alat kelamin bukan pekerjaan main-main. Jika sudah dilakukan perubahan dan ada kesalahan sementara alat kelaminnya sudah diganti kan tidak bisa kembali lagi seperti semula," tegas dokter Naek.
Selanjutnya: Publik Figur Transgender Indonesia
Advertisement
Publik Figur Transgender Indonesia
Publik Figur Transgender Indonesia
Selain Bruce Jenner yang mengaku meski secara fisik laki-laki namun dirinya merasa perempuan, terdapat beberapa publik figur Indonesia yang juga mengalami hal serupa. Para publik figur Indonesia ini juga penuh prestasi, yakni:
1. Dena Rachman
Dena Rachman (27 tahun), mantan artis cilik dan presenter KRUCILIK (KRUCIL) SCTV sudah ingin menjadi wanita seutuhnya sejak kecil. Namun sejak 2005 atau masih menjadi mahasiswa, pemilik nama asli Reynaldi Rachman ini sudah mengubah penampilannya menjadi lebih wanita.
Yang terbaru, Dena baru saja melakukan operasi pembesaran payudara di Seoul, Korea Selatan. Selama kurang lebih 11 hari, Dena menjalani proses transformasi tersebut.
Dena hanya melakukan operasi di bagian dadanya saja, tidak di bagian alat vital. Ketika ditanya perihal tersebut, Dena mengaku masih butuh waktu untuk berpikir lebih dalam.
2. Solena Chaniago
Lahir di Padang, Solena Chaniago mengawali kariernya di New York. Bermain dalam film `The Brooklyn Finest` bersama Richard Gere yang rilis pada 5 Maret 2010. Selain main film bersama Richard Gere, Solena juga pernah bermain dalam film `The Extra Man` bersama Katie Holmes, mantan istri Tom Cruise.
Solena terlahir sebagai laki-laki, namun ia bimbang dengan dirinya sendiri. Sosok ini selalu merasa lebih nyaman melakukan hal-hal yang dilakukan oleh perempuan sedari kecil.
Ketika bocah laki-laki lain bisa tampil menari dengan gagah, ia malah luwes menari seperti perempuan. Solena kecil pun acapkali mencoba berdandan dan mencuri-curi menggunakan high heels perempuan.
Saat usianya semakin besar ia mulai merasakan kebimbangan yang lebih besar, apalagi saat ia mulai jatuh cinta dengan laki-laki. Namun ia menghiraukan hal tersebut untuk kemudian menikah dan memiliki buah hati.
Kepindahannya dari Jakarta ke New York pada tahun 2005 merupakan langkah awalnya untuk mengganti fisik dari pria menjadi perempuan. Setelah jatuh bangun hidup di New York, akhirnya Lena, sapaan akrabnya memberanikan diri pergi ke dokter umum untuk menceritakan keinginannya.
"Dokter umum minta saya untuk ke psikiater terlebih dahulu, untuk meyakinkan apa yang saya inginkan," terang Lena yang masa mudanya dihabiskan di Aceh dan Padang kepada Health-Liputan6.com di SCTV Tower beberapa saat lalu.
Baru, pada tahun 2010 lalu ia melakukan operasi alat kelamin. Dan ia merasakan kebahagiaan sebagai seorang perempuan. (Ein)
Advertisement