Citizen6, Jakarta Agar hari komunikasi sosial sedunia yang diperingati setiap hari minggu ketujuh Paskah makin menggema dan bermakna, Komisi Komunikasi Sosial KWI mendesain sebuah acara yang diberi nama "Pekan Komunikasi Sosial Nasional- Konferensi Waligereja Indonesia (PKSN-KWI). 400-an orang muda katolik (OMK) terlibat dalam kegiatan ini.
Dimulai tahun 2014, PKSN-KWI menjadi acara tetap tahunan Komsos KWI bekerja sama dengan Komsos Keuskupan sebagai tuan rumah. Tahun ini, Keuskupan Manokwari-Sorong mendapat kehormatan sebagai tuan rumah perayaan PKSN-KWI.
Advertisement
"Kegiatan ini diharapkan dapat membantu masyarakat umum memahami dampak media lama dan media baru bagi kehidupan masyarakat, keluarga dan pribadi, juga menawarkan model pendekatan pastoral yang baru bagi komunitas katolik, membangun kesadaran publik dan pendekatan kritis terhadap perkembangan media komunikasi." jelas Sekretaris Eksekutif Komsos KWI, RD Kamilus Pantus dalam sambutannya membuka PKSN – KWI di Aula ‘Lux Ex Oriente’ Katedral Sorong, Selasa (12/5/2015).
Dengan demikian, kata Kamilus, Hari Komunikasi Sosial Sedunia bukan hanya sekadar perayaan liturgis, melainkan menjadi kesempatan berjumpa dan belajar, berdiskusi dan berefleksi, mengerti dan memahami perkembangan media sosial dan memanfaatkannya secara tepat sesuai ajaran iman Gereja Katolik.
Mengutip pesan pastoral Bapa Suci Paus Fransiskus untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-49 yang bertemakan “Mengkomunikasikan Keluarga: Tempat Istimewa Perjumpaan Karunia Kasih”, RD Kamilus Pantus menyebutkan, keluarga adalah ruang sosial tempat komunikasi terjadi. Sebuah komunitas manusia yang saling berkomunikasi. Paus juga mengajak umat beriman untuk melihat keluarga sebagai “sumber daya dan bukan sebagai persoalan bagi masyarakat”.
Selama sepekan mulai 12 hingga 17 Mei PKSN-KWI akan berlangsung dengan berbagai acara. Mulai dari pelatihan jurnalistik dua hari, lomba debat tingkatSMU, rekoleksi orang muda katolik (OMK), seminar jauhi narkoba dan sosial media, malam budaya, seminar puncak dan diakhiri dengan misa penutup denga selebran utama Ketua Komisi Komsos KWI Mgr. Petrus Turang didampingi Mgr. Hilarion Datus Lega dan para uskup undangan di Gereja Katedral Kristus Raja Sorong.
Pesan bagi Keluarga Katolik
RD Kamilus Pantus juga menekankan, PKSN-KWI kali ini mengusung pesan penting yang hendak disampaikan pada setiap keluarga Katolik, yakni bahwa salah satu perutusan keluarga adalah memberikan pembentukan serta pembinaan anggota-anggotanya untuk menghormati hidup sesama, utamanya keyakinan iman yang berbeda.
Menurut RD Kamilus, keluarga harus menjadi tempat kediaman, di mana orang belajar hidup dengan baik dan rukun dalam masyarakat yang beragam latar belakang budaya hidup. Dengan belajar menghormati sesama di luar keluarga, kita tidak dengan gampang melecehkan atau menghina sesama di luar keluarga. Keluarga harus menumbuhkan komitmen akan nilai-nilai kemanusiaan sebagai jembatan bersama untuk memelihara dan merawat kerukunan hidup. Itulah bagian utuh dari komunikasi manusiawi demi mewujudkan persaudaraan dan persabahabatan hidup masyarakat. Dengan demikian keluarga menjadi unsur utama dalam memberdayakan kerukunan hidup dalam masyarakat.
Rasul Paulus berkata: “ Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang”(Ibrani 12:14-15).
Kehadiran teknologi komunikasi digital dalam masyarakat dewasa ini pasti memengaruhi komunikasi dalam keluarga. Di tengah lingkungan konsumtif, khususnya di bidang media komunikasi sosial, keluarga perlu membangun sikap arif bijaksana, agar hidup keluarga tidak terperangkap oleh keinginan gemerlapan kepemilikan media digital yang merugikan hidup sehat dan berkecukupan dalam keluarga.
“Kemajuan teknologi digital tidak dengan sendirinya memajukan komunikasi manusiawi dalam keluarga. Oleh karena itu, keluarga harus mendidik diri dalam media digital, agar penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan menurut peradaban kasih yang efektif,” tegas RD Kamilus.
Keluarga tetap harus mampu mengarahkan hati nurani anggota-anggota keluarganya, agar kerukunan hidup tidak retak dan menjadi rusak akibat kepemilikan media digital. Kecenderungan untuk memiliki secara lumrah dapat mengakibatkan kerawanan komunikasi dalam keluarga, janganlah anggota keluarga menjadi nitesen yang hebat, tetapi anggota keluarga yang lemah, tanpa peran untuk memajukan komunikasi manusiawi dalam keluarga.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini