Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi mendesak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk membangun 5 reaktor nuklir dalam 10 tahun mendatang. Upaya ini perlu ditempuh agar Indonesia tidak ketinggalan dengan negara lain dalam memenuhi kebutuhan listrik.
Hal tersebut dikemukakan Menteri Ristek dan Dikti, M Nasir sebelum Rakor Inkubator Wirausaha di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (12/5/2015). Nasir mengaku, pembangunan PLTN secara komersial merupakan wewenang dari Kementerian ESDM.
"Kita harus sudah selesai membangun 5 pasang reaktor nuklir di 2025. Jika sepasang reaktor nuklir menghasilkan produksi listrik 1.400 Megawatt (Mw), maka totalnya bisa mencapai 14 ribu Mw. Minimal 10 ribu Mw," tegas dia.
Negara lain sebenarnya cukup tertarik membenamkan investasi untuk pembangunan reaktor nuklir maupun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Sebut saja perusahaan Rusia NUKEM Technologies GmBH, anak usaha dari Rosatom yang merupakan perusahaan nuklir milik pemerintah, bersama dengan PT Rekayasa Engineering dan PT Kogas Driyap Konsultan akan mengerjakan pembangunan reaktor gas cooled multifungsi bersuhu tinggi dengan kapasitas 10 Megawatt (Mw) di kawasan Serpong, Banten.
"Negara lain tuh rebutan (investasi), bukan mau doang. Kita saja yang belum berani atau membuka diri," ujar dia.
Lebih jauh dijelaskan Nasir, Indonesia pada dasarnya sudah siap membangun PLTN dari sisi komersial. Sayangnya, kata dia, masih ada ketakutan di kalangan masyarakat terhadap teknologi tersebut.
"Sebenarnya kita sudah siap dari sisi komersial, tapi masyarakat saja yang masih ada ketakutan. Saya sudah mencoba mensosialisasikannya, karena sudah waktunya kita move on ke nuclear power plant. Kalau tidak, kita bisa ketinggalan," tegas dia.
Nasir menambahkan, Kementerian Ristek dan Dikti membangun dan menyiapkan Rekayasa Daya Eksperimen (RDE) PLTN untuk edukasi yang menghasilkan listrik 30 Mw. Dalam membangun RDE PLTN untuk edukasi, lanjutnya, Kementerian Ristek dan Dikti belajar dari Jepang, Korea Selatan, Rusia, Finlandia dan Jerman.
"Kami bangun untuk edukasi dan riset. Saat ini masuk uji tapak di 2015, dan proses pembangunan pada tahun depan sehingga diharapkan mulai commisioning pada 2018," jelas Nasir.(Fik/Gdn)
HEADLINE HARI INI
Geger Harvey Moeis dan Sandra Dewi Terdaftar BPJS Kesehatan Fakir Miskin, Kok Bisa?
Tak Mau Ketinggalan, RI Harus Bangun 5 Reaktor Nuklir di 2025
Kementerian Ristek dan Dikti membangun dan menyiapkan Rekayasa Daya Eksperimen (RDE) PLTN untuk edukasi.
diperbarui 12 Mei 2015, 12:29 WIBM Nasir (Kiri), Anies Bawesdan (kanan) (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Sabtu 4 Januari 2025
Link Live Streaming LaLiga Valencia vs Real Madrid, Sebentar Lagi Tayang di Vidio
PBNU Cari Investor Bantu Biayai Dana Besar Reklamasi Tambang
Kapan Pendaftaran Beasiswa LPDP 2025 Dibuka, Berikut Persyaratannya
KAI Commuter Sebut Penutupan Operasional Stasiun Karet Masih Dikaji
Buka PLN Mobile Proliga 2025 di Semarang, PJ Gubernur Jateng: Memotivasi Atlet Jawa Tengah
Bermain Cemerlang, Jakarta Electric PLN Tundukkan Yogya Falcons
Link Live Streaming Piala Super Italia 2024 Juventus vs AC Milan, Mau Mulai di Vidio
Masih Punya Utang Puasa Ramadhan, Bolehkah Puasa Rajab? Ini Kata Buya Yahya
Anies Baswedan Jenguk Tom Lembong di Tahanan: Semangatnya Mengagumkan
Intip, Ramalan Shio Terkait Karier dan Cinta Menjelang Imlek 2025
9 Hujan Meteor yang Akan Mengguyur Bumi Sepanjang 2025